Minggu, 12 September 2010

Upah bagi mereka yang haus dan lapar akan kebenaran

Dari beberapa kesaksian dan kisah nyata yang pernah saya baca,
saya melihat ada satu persamaan untuk orang-orang yang dijamah Tuhan secara langsung.


Yaitu mereka yang benar-benar penganut agama mereka secara sejati dan benar, orang yang taat, shaleh dan yang terus menerus medekatkan diri kepada Sang Pencipta, orang yang benar-benar mencari kebenaran sejati, semakin menjadi taat dan shaleh, semakin mereka haus dan lapar untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawabkan sehingga mereka bertanya jawaban langsung kepada Sang Pencipta, tidak lagi melalui Para Nabi di agama mereka masing-masing.

Sebelum kita meragukan kualitas kesaksian mereka, ada baiknya kita bertanya pada diri kita masing-masing apakah kualitas pemahaman kita lebih baik dari orang-orang dalam kisah tersebut ?
Apakah kita termasuk golongan orang shaleh, orang taat, atau orang yang mengerti dengan apa yang kita sembah, atau kita hanya asal ikut, karena perintah/tradisi leluhur kita ?

Tuhan kiranya menolong kita semua.


Amin

Jumat, 10 September 2010

Kerudung Yang Terkoyak. Bg. 1

Gulshan Fatima; Kerudung Yang Terkoyak. Bg. 1

Ini adalah kesaksian Gulshan Fatima, puteri bungsu dari sebuah keluarga Islam Sayed yang merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad melalui puterinya Fatima.
Tulisan ini merupakan sebuah buku berjudul THE TORN VEIL atau KERUDUNG YANG TERKOYAK, diterbitkan oleh Marshal Paperblacks.
Naskah asli: Kesaksian seorang keturunan langsung nabi muhammad saw; disebarkan oleh Rainy di Indonesia Faith Freedom International.org.
Naskah asli dihasilkan dari alat scanner, jadi ada kemungkinan terdapat kata-kata yang aneh. saya telah berusaha sebaik mungkin untuk memperbaikinya, dan menambahkan warna untuk memperindah pembacaan. Selamat membaca, dan ucapan terima kasih saya kepada Rainy.
Penjalabaja
[Perhatian. Kata Tuhan dalam artikel ini  ditulis sebagaimana naskah aslinya, yang  diartikan sebagai Elohim / God atau Ilah dalam pengertian agama Islam. Dalam Islam: Allah adalah nama dan Tuhan adalah titel, Alkitab Indonesia menulis sebaliknya. Terjemahan yang tepat untuk nama Pencipta manusia dan univers ialah YAHWEH, dan jabatan-Nya ialah Elohim / God / Ilah. The God = Al-Ilah = Allah. Penjalabaja]
Susunan per bab sbb:
1. Ke Mekkah
2. Naik Haji
3. Air Kehidupan
4. Pesta Kawin
5. Getirnya Kematian
6. Mobil Ayah
7. Kemasyhuran
8. Alkitab
9. Baptisan
10. Hubungan Persaudaraan
11. Terperangkap
12. Godaan
13. Lilin Yang Menyala
14. Bersaksi
15. Penutup
Bab 1. Ke Mekkah [Latar belakang keluarga, berobat ke London, didikan ayah]
Dalam keadaan yang biasa, tidak akan terbit keinginan dalam hatiku untuk mengunjungi Inggris pada musim semi tahun 1966 itu. Saya, Gulshan Fatima, yang adalah puteri bungsu dari sebuah keluarga Islam Sayed yang merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad melalui puterinya Fatima. Sepanjang masa hidupku selama ini menjalani suatu kehidupan yang sunyi dan tersendiri di dalam sebuah rumah di Punyab, Pakistan. Keadaan seperti ini bukanlah merupakan satu-satunya alasan kenapa saya dibesarkan dibagian rumah yang terpisah (purdah) sejak berusia 7 tahun, menaati ajaran Islam Shiah Orthodoks, tapi juga karena saya adalah seorang yang lumpuh dan bahkan tidak sanggup meninggalkan kamarku sendiri tanpa dibantu. Saya mengenakan kerudung untuk menutupi wajahku dari pandangan para pria, karena hal ini hanya diperbolehkan bagi kaum keluargaku yang dekat, misalnya ayah, kedua kakak lelaki dan pamanku Bagian terlama dari masa empat belas tahun pertama waktu awal hidupku yang suram, dibatasi oleh dinding-dinding vang mengelilingi halaman rumah kami yang luas di Jhang, kira¬kira 450 km dari Lahore dan dinding-dinding ini merupakan pembatas gerak dan pandangku.
Ayahlah yang membawaku ke lnggris walaupun beliau sendiri memandang rendah orang-orang Inggris karena mereka menyembah tiga Elohim dan bukannya Allah Yang Maha Esa. Malah beliau tidak memperbolehkan saya mempelajari bahasa kafir itu waktu saya diajar oleh guruku Razia, karena takut jangan sampai saya tercemar oleh dosa dan dapat men jauhkan saya dan iman kepercayaan kami. Walaupun demikian beliau tokh membawa saya ke Inggris setelah kami mengeluarkan banyak biaya dan usaha pengobatan dokter yang terbaik.
Beliau melakukan hal ini karena adanya dorongan kasih sayang serta keprihatinannya yang begitu besar untuk kebahagiaanku di masa datang. Namun, waktu kami mendarat di lapangan terbang Heathrow pada awal April itu, betapa kami tidak menyadari akan datangnya kesulitan serta kesedihan yang bakal menimpa keluarga kami. Yang aneh kemudian ialah, saya, anak lumpuh yang dinilai dan dianggap paling lemah dari antara anak-anak ayah, pada akhirnya malah menjadi yang terkuat diantara semua kami serta menjadi batu karang yang menghancurkan semua yang telah beliau pelihara dan jaga dengan penuh kasih sayang. Bahkan sesudah saya dewasa ini, dengan memejamkan mataku, dapat muncul satu gambaran di depanku yaitu ayahku, Aba-Jan tercinta, begitu tinggi, kurus, mengenakan jubah hitam yang dijahit rapih berleher panjang dihiasi kancing-kancing emas diatas celana longgar dan memakai ikat kepala putih, dijalin dengan sutera biru.
Kenanganku terhadap beliau muncul sama halnya dulu beliau begitu sering masuk kekamarku untuk mengajar saya tentang agama kami. Saya teringat ketika beliau berdiri disisi tempat tidurku yang ditempatkan berseberangan dengan tempat paling suci bagi kami yaitu Kaabah yang menurut kisah-kisahnya dibangun oleh Nabi Ibrahim [Abraham] dan dipugar oleh Nabi Muhammad. Ayah mengambil Al Qur’an suci dari rak penyimpanannya ditempat yang paling tinggi letaknya didalam kamarku karena tidak diperbolehkan menempatkan sesuatu barang lain lebih tinggi dari Al Qur’an. Pertama-tama beliau akan mencium kain sutera penutup yang berwarna hijau seraya mengucapkan “Bismillah i-Rahman-ir Rahim (saya memuliakannya dalam nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang).” Lalu beliau akan membuka tutup sutera hijau tapi sebelumnya beliau mengambil air wudhu dan dengan khidmat melaksanakan pencucian menurut tata cara agama yang perlu dilakukan sebelum menyentuh atau membawa kitah suci tersebut. Beliau mengulangi lagi ucapan Bismillah, kemudian menempatkan Al Qur’an itu di atas sebuah tempat khusus berbentuk huruf X, menyentuhnya dengan ujung-ujung jarinya. Beliau duduk sedemikian caranya sehingga sambil bersandar dikursi, saya dapat memandang ke Kitab itu. Sebelumnya sayapun harus sudah melaksanakan wudhu dengan bantuan pembantu wanitaku. Dengan telunjuknya ayah menelusuri huruf-huruf suci bertulisan Arab dekoratip dan saya, yang ingin sekali menyenangkan hati beliau, menguianginya mengikuti beliau membaca Al Fatiha.
Pembukaan ini adalah kata-kata yang mengikat erat seluruh umat Islam dimanapun mereka berada.
“Puji bagi Allah, Tuhan  Pencipta. Maha Pengasih. Maha Penyayang, Raja dihari Penghakiman ! *) Engkau sendirilah vang kami sembah dan padaMu sendirilah kami memohon doa meminta pertolongan. Tunjukkanlah kami kearah jalan yang lurus. Jalan bagi mereka yang Engkau kasihi, bukannya bagi mereka yang Engkau murkai atau bagi mereka yang murtad”.
Hari ini kami membaca Sura Ali Imran:
“Ya Allah! Tiada Tuhan selain Dia Yang Hidup dan Kekal”. “Ia telah mewahyukan kepadamu Kitab berisi kebenaran yang mengukuhkan kitah-kitab suci vang mendahuluinya: karena la telah mewahyukan Taurat dan Injil sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk membedakan vang baik dan yang jahat”
*) Lihat catatan di atas.

Saya menjalani tahapan hidup sehagaimana yang ditempuh oleh seriap kanak-kanak Islam sewaktu mereka dibesarkan dalam keluarga orthodoks sejak awal masa kanak-kanak, membaca Al Qur’an suci dalam tulisan Arab. Kami umat Islam memahami bahwa kitab tersebut tidak boleh diterjemahkan, tidak seperti halnya buku yang lain tanpa mengalami kehilangan pengertiannya vang sebenarnya oleh karena nilainya yang keramat. Ketika saya hampir menyelesaikan pembacaannya untuk pertama kalinya, sekitar umur 7 tahun. Yang merupakan umur vang dinilai mulai memperlihatkan gejala kewaspadaan maka diadakan suatu jamuan vang kami namakan “amin” dari Al Qur’an suci dimana anggota-anggota keluarga, kawan-kawan serta para tetangga diundang. Di bagian tengah halaman terbuka di bungalow kami, para pria duduk ditempat yang dipisahkan dari para wanita oleh sebuah tirai pemisah, disitulah guru agama (mullah) akan mengucapkan doa vang menandakan sampainya saya pada suatu tahap baru yang penting dalam hidup ini dan pada saat itu para wanita yang duduk dibagian dalam dari halaman itu akan menghentikan bisik-bisik antara mereka untuk mengikuti upacara tersebut.
Sekarang kami telah sampai pada akhir pembacaan Sura itu, lalu ayahku memandangku dengan senyum tersungging dibibirnya: “Kau telah melakukannya dengan baik, Beiti (anak perempuan kecil),” katanya
Sekarang jawablah pertanyaan-pertanyaan ini :
‘Dimanakah Allah?’

Dengan malu-malu saya mengulangi pelajaran vang telah saya ketahui dengan baik :
‘Allah ada dimana-mana’
‘Apakah Allah mengetahui akan segala tindak tandukmu di dunia ?’
Ya. Allah tahu akan segala tindak tanduk yang saya lakukan didunia, mau yang baik demikian pula yang jahat’.
‘Apa yang telah Allah lakukan bagimu?

‘Allah telah menciptakan saya, begitu pula seluruh dunia. Ia mencintai saya dan membuatku senang. la akan memherikan pahala bagiku di sorga bagi semua tingkah laku saya yang baik dan menghukumku dalam neraka bagi semua perbuatanku yang jahat’.
‘Bagaimana caranya engkau memperoleh cintanya Allah ?’
‘Saya dapat memperoleh cinta kasih Allah dengan penyerahan penuh pada kehendakNya serta mematuhi perintah¬perintahNya’.

`Bagaimana engkau dapat mengetahui kehendak dan perintah – perintah Allah?”
‘Saya dapat mengetahui kehendak dan perintah Allah dari Al Qur’an suci dan juga Hadits dari Nabi kita Muhammad (kiranya damai dan berkat Allah menyertainya).
“Bagus sekali,”
kata ayah.
“Sekarang apakah ada sesuatu yang ingin kau ketahui’?”
“Ya, ayah; katakanlah mengapa Islam lebih baik dari agama lainnya?”

Saya menanyakan hal ini bukan karena saya mempunyai pengetahuan tentang agama lain tapi karena saya ingin mendengar sendiri dari ayahku penjelasan tentang agama kami. Jawaban ayah jelas dan tegas.
‘Gulshan, saya mau engkau mengingat akan hal ini. Agama kita lehih besar dari agama lainnya karena:
Pertama, kemenangan Allah adalah Muhammad yang membawa berita terakhir dari bagi umat manusla dan tidak lagi diperlukan nabi lain sesudahnya.
Kedua, Muhammad adalah sahabat Allah. Ia menghancurkan semua berhala dan semua orang diubahnya dari penyembah berhala menjadi penganut agama Islam.
Ketiga, Allah mengaruniakan Al Qur’ an kepada Muhammad setelah semua kitab suci lainnya. Ini adalah Firman Tuhan [Elohim] yang terakhir dan kita harus mematuhinya. Semua tulisan lainnya tidak lengkap.”

Saya mendengarkan penjelasan beliau yang membentuk tulisan sendiri dalam pikiran dan hatiku. Jika masih ada waktu, saya masih meminta beliau menjelaskan kepadaku tentang gambar yang tergantung dikamarku.
Bagaimana rasanya menunaikan ibadah Haji dikota suci Mekkah yang merupakan magnit kearah mana setiap umat Islam berkiblat sewaktu berdoa lima kali sehari? Didalam kotaku, kamipun berkiblat kesana, sewaktu Muazzin mengumandangkan azan dari kubah masjid. Suara tersebut memantul sepanjang jalan-jalan mengatasi keributan lalu-lintas dan bazaar serta memasuki jendela kami yang dipasangkan gorden, balk diwaktu fajar, tengah hari, sore serta malam hari memanggil umat yang setia untuk berdoa dengan Allah `Maha Besar’. Tidak ada Tuhan [Elohim] selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!” Ayah memberi penjelasan tentang semua ini. Beliau telah dua kali menunaikan Ibadah Haji. Sekali sendirian dan kami berikutnya bersama ibu. Bagi setiap umat Islam merupakan kewajiban untuk menunaikannya sekurang-¬kurangnya sekali seumur hidup atau lebih asal mampu. Menunaikan ibadah haji adalah Rukun Islam ke lima, yang mempersatukan berjuta-juta umat Islam dari berbagai negara yang berbeda, serta memberi keyakinan terhadap kesinambungan bagi iman kami.
`Apakah saya akan ke Mekkah, ayah?’ tanyaku.
Beliau tertawa seraya membungkuk mencium keningku. `Engkau akan kesana, Gulshan kecil, apabila kau sudah lebih besar dan barangkali…..’ Ayah tidak menyelesaikan kalimat tersebut, namun saya mengerti bahwa beliau hendak mengatakan….. `apabila doa kita untukmu telah dijawab’.
Dengan berpedoman pada perintah-perintah ini, saya belajar berbakti kepada Allah, terikat dengan agamaku serta tradisinya. memiliki perasaan bangga yang menyala-nyala terhadap gans keturunan nenek moyangku sejak nabi Muhammad melalui menantunya Ali, dengan memahami martabat ayahku yang bukan hanya merupakan kepala keluarga tapi juga sebagai keturunan nabi, seorang sayed dan seorang Shah. Beliau juga adalah seorang Pir, pemimpin agama serta seorang tuan tanah yang memiiiki tanah luas dipedalaman dan sebuah bungalow yang luas dipinggiran kota kediaman kami.
Saya mulai memahami mengapa keluarga kami begitu disegani, baik oleh para pemuka agama (mullah) atau maulvi yang datang bertanya kepada ayah masalah keagamaan yang tidak dimengertinya. Sambil mengenangkan kembali semuanya, kini saya dapat melihat akan adanya suatu maksud vang terkandung selama masa saya terkungkung begitu lama seumpama kuncup bunga mawar dipekarangan kami yang dipeiihara begitu baik oleh tukang kebun.
Namaku Gulshan, yang dalam bahasa Urdu artinya ”tempat bunga-bunga berkembang”, yaitu ”taman.” Keadaan saya malah merupakan sebuah tanaman yang sakit-sakitan untuk dapat menyandang nama seperti itu, juga dipelihara dengan penuh kasih oleh ayahku. Beliau mencintai kami semua, Safdar Shah, Alim Shah. Anis Bibi, Samina dan saya sendiri. Walaupun beliau kecewa karena waktu lahir ternyata saya seorang perempuan, kemudian waktu berumur 6 bulan menjadi lumpuh karena terserang penyakit typhus, namun ayah tetap mencintaiku malah kurasakan melebihi kasihnya terhadap saudara-saudaraku yang lain. Bukankah ibuku pada saat-saat terakhir hayat dipembaringan kematiannya mengajukan permintaan kepada ayah untuk memelihara saya?
‘Saya memohon kepadamu Sah-Ji, janganlah kawin lagi demi si Gulshan kecil’, pinta ibu sambil menghembuskan nafas yang terakhir. Beliau ingin melindungiku, karena kehadiran seorang ibu tiri dengan anak-anaknya akan menyebabkan hak warisan bagi anak perempuan dari istri pertama akan berkurang. ‘Tambahan pula mereka dapat memperlakukannya dengan buruk jika anak perempuan itu sakit-sakitan, apalagi kalau sampai tidak kawin. Telah bertahun-tahun lamanya sejak ayah berjanji pada ibu dan beliau tetap menepatinya walaupun ayah hidup disuatu lingkungan dimana seorang pria diizinkan beristri sampai empat orang, jika ia cukup kaya untuk memperlakukan masing-masing istrinya dengan adil sesuai Al Qur’ an.
Keadaan inilah yang merupakan pola hidupku sampai waktu saya mengunjungi Inggris pada usia 14 tahun Secara terselubung, keadaan ini berangsur-angsur mengubah segala sesuatu, tersusun menjadi gerakan yang merupakan mata rantai yang membawa dampak yang tidak terduga. Tentu saja saya tidak merasakan firasat bahwa hal ini akan terjadi pada waktu saya menunggu dalam sebuah kamar hotel di London pada hari ketiga sejak kami tiba disana dengan ditemani oleh para pembantuku Salima dan Sema. Waktu itu kami menantikan keputusan seorang dokter spesialis, seorang Inggris yang direkomendasikan kepada ayahku, ketika beliau mencari-cari pengobatan bagiku di Pakistan. Dokter ini akan menetapkan sekali dan untuk selamanya tontang masa depanku.
Jika saya dapat disembuhkan dari penyakit yang telah melumpuhkan bagian kiri tubuhku sejak bayi, maka sava akan bebas untuk menikah dengan sepupuku yang telah dipertunangkan dengan saya sejak berusia 3 bulan dan sekarang sedang menunggu-nunggu di Multan Punjab. Jika tidak sembuh, maka pertunanganku akan diputuskan dan perasaan maluku akan lebih besar lagi dibandingkan dengan keadaan bila dikawinkan lalu diceraikan kembali. Kami mendengar bunyi langkah mendekat. Salima dan Sema berlompatan berdiri dan dengan gugup mengatur dopattanya yang panjang berbentuk seperti selendang. Salima menarik gaunku sampai ke wajahku dan saya sendirl berbaring diatas tempat tidurku. Saya menggigil bukan karena kedinginan. Malah terpaksa saya mengatupkan gigiku agar berhenti gemeretak.
Pintu terbuka dan ayah masuk bersama dokter. `Selamat pagi’, sapanya dengan suara yang amat menyenangkan dan sopan. Saya tidak dapat melihat wajah dokter David tersebut, namun rasanya beliau adalah seorang yang berwibawa dan terpelajar. Tangan-tangannya yang kokoh mengangkat gaunku keatas lalu melakukan pengujian pada lengan kiriku yang lemas, sesudah itu pada kakiku yang sudah tidak berdaya.
‘Tidak ada obat untuk sakit ini kecuali doa’, kata dokter David kepada ayahku. Rasanya tidak terdengar ada ucapan yang salah pada kata akhirnya yang lemah itu. Sambil berbaring di dipan terdengar olehku suara dokter Inggris yang asing itu menyebut nama Allah. Saya bingung. Bagaimana gerangan ia mengetahui tentang Allah? Dan cara-caranya yang baik dan simpatik saya merasakan bahwa beliau sedang membangkitkan harapan kami terhadap kesembuhanku, malah ia mengajarkan kepada kami cara berdoa.
Ayah mengantarkannya sampai kepintu. Ketika kembali beliau berkata: `Alangkah baiknya orang Inggris itu mengajari kita caranya berdoa. Salima membalikkan dopatt aku seraya membantuku duduk. `Ayah, apakah beliau tidak dapat membuat keadaanku menjadi tebih baik?. Saya tidak dapat menahan suaraku agar tidak terdengar gemetar. Air mata menumpuk di pelupuk mataku. Ayah mengusap tanganku yang tidak berdaya. Katanya dengan cepat: ‘Hanya ada satu jalan lagi sekarang. Mari kita mengetuk pintu sorga. Kita akan ke Mekkah sesuar rencana kita. Allah akan mendengar doa-doa kita dan kita masih dapat pulang dengan perasaan syukur.’ Beliau tersenyum kepadaku dan saya berusaha untuk tersenyum kembali.
Kesedihanku sama besarnya dengan kesedihannya namun beliau tidak berputus asa. Pada suaranya terdengar adanya harapan baru. “Tentu saja di Rumah Allah atau pada mata air Zam-zam, mata air kesembuhan, bukankah kita akan memperoleh apa yang menjadi keinginan hati kita?”
Kami masih tinggal di hotel itu beberapa hari dan kesempatan ini digunakan ayah untuk mengurus penerbangan kami ke Jedah, lapangan terbang yang biasa digunakan para jemaah haji untuk menuju Mekkah. Sebelum itu beliau belum mengurus hal ini karena masih menunggu hasii pengobatan yang telah dianjurkan bagiku. Kunjungan ini telah beliau rencanakan sedemikian rupa agar bertepatan dengan masa menjelang bulan haji tahunan, sehingga sesudah peagobatan, kami dapat menuju Mekkah untuk mengucapkan syukur.
Selama waktu penantian mi ayah berkesempatan mengunjungi kawan-kawan masyarakat Pakistan atau sebaliknya mereka datang mengunjungi beliau. Biasanya para wanita dari keluarga-keluarga tersebut akan mengunjungi saya. Tapi saya merasa malu dengan keadaanku serta tidak terbiasa menemui tamu-tamu asing dirumah sehingga hanya sedikit dari mereka yang datang mengetuk pintu kamarku.
Siapakah yang suka melihat lengan yang layu, kulit yang menghitam berkeriput dan lemah lunglai serta jari-jarinya terjalin bersama dengan otot sehingga bentuknya seperti selai? Pada usia dimana kawan-kawan sebayaku mulai berangan-¬angan tentang waktu akan mengenakan gaun pengantin berwarna merah dengan sulaman emas, kemudian berlalan¬-jalan mengenakan perhiasan dengan membawa mas kawin yang bagus kerumah suaminya, maka keadaanku sebaliknya sedang menghadapi masa depan yang sunyi, terputus dari hubungan dengan kawan-kawan sebayaku. Suatu makhluk non manusia, tidak akan pernah sembuh, menjadi perempuan yang sempurna ditudungi dengan kerudung yang memalukan.
Tempat kami terletak pada tingkat dua hotel itu, kamarnya menyenangkan persis disebelah kamar ayah. Ruangan itu beralaskan permadani tebal dan mempunyai kamarmandi sendiri. Disampmg merawatku serta mencuci pakaian kami. Salima dan Sema yang tidur dikamarku secara bergantian duduk menjaga dan melayani kebutuhanku. Hampir tidak ada tugas lain untuk mereka kerjakan, namun sambil membaca buku- ¬buku. melaksanakan sholat lima waktu, jam rasanya berjalan cukup cepat karena disamping memberi makan seorang yang cacat selalu membutuhkan waktu yang iebih lama. Saya pernah mendengarkan keduanya berkasak-¬kusuk menggelikan. Sesekali mereka menyelinap ke lobby bawah, namun terlalu takut untuk keluar sendirian. Mereka merasa puas dengan melewatkan waktu-waktunya separti itu, berkesempatan melihat dunia luar melalui jendela dan melaporkan kepadaku apa yang mereka lihat. Reaksinya polos sebagaimana layaknya gadis-gadis desa Pakistan dan hal ini membuat saya tertawa.
`Oh, lihat kota yang indah ini’, kata Salima. ‘Banyak yang lalu lalang dan banyak sekali mobil’. Kemudian Sema menjerit. ‘Oh, para wanita tidak mempunyai perasaan malu. Mereka tidak menutupi kakinya. Lelaki dan perempuan berjalan bersama, bergandengan tangan. Mereka berciuman. Oh, mereka langsung ke neraka.
Kami tetah diajarkan tentang peraturan yang ketat tentang tatacara berpakaian serta berperilaku sejak kecil. Kami menutup diri kami dengan sopan dari leher sampai ke pergelangan kaki mengenakan ‘shalwar kameeze’ dari Punjab, jubah longgar dan celana panjang yang ujungnya terkumpul dipergelangan kaki. Di leher kami mengenakan sehelai selendang lebar atau dopatta yang dapat ber-fungsi sebagai penutup kepaia bila diperlukan atau ditarik menutupi wajah dan dengan demikian kamipun dapat menutupi diri memakai syal bila dingin. Jika kami harus keluar maka kami mengenakan burka, sebuah kerudung yang panjang yang tidak tembus pandang menutupi diri kami dari krpala sampai ke tumit, terkumpul menjadi sepotong pelindung kepala yang mempunyai celah didepan untuk keperluan meiihat. Dengan demikian, secara biasa tidak mungkin untuk dapat bercakap-cakap dijalanan serta mengurangi kemampuan, pemakai untuk melihai dan mendengarkan lalu lintas.
Pada waktu itu kami tidak mempertanyakan tentang atura – aturan yang diberikan kepada kami dan tentu saja takut untuk. menentang kebiasaan-kebiasaan tersebut. Pada kenyataannya kami merasakan bahwa kerudung itu malah merupakan pelindung. Kami dapat melihat ke dunia luar sebagaimana adanya, tapi dunia tidak dapat melihat kami.
Waktu kami menyaksikan bagaimana para wanita di London memamerkan dirinya dengan mengenakan mini skirt yang tidak sopan dimana ujungnya cukup jauh diatas lutut, maka jelas bagi kami bertiga bahwa kota ini merupakan kota yang paling maksiat didunia.
Di negen kami, terutama di kotaku, untuk bercakap-cakap dengan seorang pria yang bukan kerabat dekat ataupun kepada pembantu pria dapat menyebabkan kami dianggap hina. Manfaat ‘purdah’ secara menyeluruh tentu saja sebagai pelindung kehormatan keluarga. Tidak boleh terlihat adanya gejala atau noda sedikitpun yang mencurigakan melekat pada diri para puteri keluarga Islam. Hukuman terhadap kesembronoan dalam hal ini bisa fatal.
Tiga kali dalam sehari seorang pelayan mengantarkan makanan dengan menggunakan rak dorong. Pembantu akan mengambil dari pelayan itu di depan pintu. Kadang-kadang seorang pembantu wanita menyertainya, diwaktu mana saya akan menutup mataku agar tidak melihat kaki-kakinya. Saya mulai merasa bosan dengan makanan-makanan hotel itu. Tiap hari ayah memesan masakan ayam bagi kami karena inilah yang halal, daging yang diperkenankan, dipotong mengikuti tatacara yang diperbolehkan oleh agama.
Babi merupakan daging yang haram dan dilarang, bahkan untuk menyebut kata ‘babi’ saja dapat menyebabkan mulut seseorang menjadi najis. Sampai sekarang saya masih mengenakan kata Punyabi “barta” yang berarti ‘barang luar’ jika berbicara tentang binatang itu. Jadi, dapat dibayangkan betapa kuatnya pengaruh hasil didikan dasar sejak kecil. Setiap daging yang lainpun dapat dicurigai bahwa mungkin dapat dimasak memakai minyak babi. Sayur-sayuran dihidangkan bersama ayam ditambah pelezatnya, es krim. Minuman kami Coca Cola dan cukup banyak persediaan di dalam kamar.
Saya mengharapkan kiranya muncul masakan memakai bumbu `kari’ atau `kebab’ namun sia-sia saja, begitu juga buah-buahan misalnya buah persik atau mangga dan pepohonan di halaman rumahku.
Ayah membantu membangkitkan kegembiraanku dengan membawa saya berkeliling ke luar- sebentar. 2 atau 3 kali. Sekali saya diajak berkeliling sekitar hotel dan sekali bersama kedua pembantuku memakai taksi. Beliau memberikan penjelasan padaku tentang kenapa orang-orang Inggris berbeda dengan kami ialah :
“Negeri ini adalah sebuah negeri Kristen. Mereka percaya kepada nabi Isa, Yeshua Ha Mashiah sebagai Anak Elohim’.
Tentu saja mereka salah, karena Allah tidak pernah kawin dan bagaimana mungkin Allah beranak? Tetapi mereka juga memiliki sebuah kitab suci sebagaimana halnya dengan kita Umat Islam dan umat Kristen mendasarkan imannya pada kuab suci yang sama itu. Hal ini merupakan teka-teki bagiku. Kenapa kita mempunyai dasar kitab suci yang sama namun perbedaannya begitu banyak?”
Mereka bebas melakukan banyak hal, sedangkan tidak demikian dengan kita,” kata ayah. ‘Mereka bebas makan daging babi serta minum minuman keras tidak ada pembatasan antara pria dan wanita. Mereka hidup bersama tanpa nikah dan bila anak-anaknva dewasa mereka tidak menghormati orang – orang tuanya.Namun mereka orang-orang baik, sangat tepat waktu serta memiliki prinsip – prinsip yang baik. Bila berjanji mereka menepatinya, tidak seperti orang Asia.”
Ayah, berpengalaman dan terpandang dalam bidang perdagangan. Beliau selalu berhubungan dengan orang-orang asing dalam mengekspor katun yang ditanamnya di Pakistan. ‘Kita dapat saja berbeda agama dengan mereka, namun mereka merupakan orang-orang yang simpatik bila bekerjasama serta memililai perasaan perikemanusiaan,” kata ayah mengakhiri penjelasannya.
Saya merenungkan kontradiksi tentang orang Inggris ini, bangsa yang memiliki kasih, tinggal di negara yang orang–orangnya lemah lembut. Dimana hujan sering turun dan kitab sucinya memberikan begitu banyak kemerdekaan bagi mereka. Malah kitab suci kami masih mempunyai kaitan dengan kitab sucinya. Apakah sebenarnya kunci perbedaan ini? Bagi seorang gadis berusia 14 tahun, hal ini masih terlalu dalam.
Pertanyaan itu saya hilangkan dalam pikiranku lalu bersiap- siap menyongsong peralanan berikutnya. Diperlukan waktu bertahun-tahun lamanya bagiku sebelum hal ini menjadi jeias dan sesudah menemukan kejelasan itu maka saya tidak dapat menganggap pertanyaan !ersebut sehagai hal yang sepele.
Bersambung ke Bab 2. Naik Haji
Gulshan Esther (Fatimah); Kerudung Yang Terkoyak. Bg. 1 ; Bg. 2 ; Bg. 3 ; Bg. 4 ; Bg. 5 ; Bg.6 ; Bg. 7 ; Bg. 8
Hak cipta dari artikel ini dimiliki oleh penjalabaja.wordpress.com. Artikel ini boleh diperbanyak dengan syarat alamat blog disertakan dengan lengkap dan bukan untuk tujuan komersial. Persiapkan Jalan Bagi Raja

Kisah Nyata - Perjalanan Menuju Kebenaran Abadi

Perjalanan menuju kebenaran yang abadi

Kisah nyata dari seorang Muslim Indonesia keturunan Arab yang menemukan Yahweh, Yeshua Ha Masiah, sebagai Juruselamat pribadinya.
Sumber tulisan diambil dari Kisahmencarituhan.blogspot.com
Carilah YAHWEH, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan YAHWEH. (Zefanya 2:3)
Selamat membaca,
Penjala Baja.
Awalnya saya adalah seorang muslim, anak seorang Imam besar disalah satu kota propinsi di Indonesia.
Dimana ayah saya, yang saya panggil “Abi” adalah keturunan Arab, dan nama saya Husen Al-Habsyi, dan keluarga kami sangat dihormati dikalangan Muslim di kota kami.
Tapi untuk apa semuanya itu? kalau tidak pernah tahu kebenaran yang tertutup tanpa akhir, kalau bukan dari kita sendiri yang mencari kebenaran itu dengan hati tulus dan ikhlas.
Hal itu dimulai sejak saya tahu dan percaya “Dia”lah Yahweh, Elohim (God atau Allah) yang sebenar-benarnya. (aslinya tertulis: Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan). Dialah Yahweh Yeshua Ha Masiah Juru selamat manusia, maka saya mau semua orang tahu, jangan dikalahkan sama Dadjal, syaitan atau apapun.
Inilah ringkasan riwayatku dalam mencari Yahweh.
Awalnya hidupku tanpa arah tujuan yang pasti, karena hidup dalam kedustaan yang tertutup, yang membuatku tidak tenang dalam menjalani hidup ini.
Dengan rutinitas keseharian yang menjenuhkan, karena hidup hanya berdasarkan Syariat-syariat yang keras tanpa hasil yang nyata, ada apa sebenarnya dengan keadaan ini ?
Saya yang sejak kecil diajarkan Syariat yang sebenar-benarnya dengan aturan yang sangat keras sekali, tidak seperti keadaan umat muslim disekeliling saya tinggal.
Sejak kecil saya sudah tertanam dengan kuat dalam Iman dan pikiran bahwa “Tidak ada Tuhan Selain Allah.” [Terjemahan kalimat sahadat ini tepatnya: ”Tidak ada ilah selain Allah” – There is no god, excep God. Orang Kristen tidak punya masalah dengan pengakuan ini, sebab Alkitab jelas menulis bahwa Elohim/ God / Allah adalah satu-satunya Penguasa semesta alam, nama-Nya ialah YAHWEH].
Karena kalimat tersebut sudah merupakan sebuah kesimpulan bagi saya dulu, maka tidak akan mungkin terpikir mengapa saya harus mencari  Elohim (Ilah atau God) lainnya  lagi!
Dengan berjalannya waktu sampai saya diusia dewasa tetap saya menjalankan semua yang diajarkan, rutinitas membuka ayat-ayat AlQuran untuk melakukan pengajian secara pribadi itu suatu kebiasaan yang saya lakukan.
Oleh karena itulah, maka saya selalu mencari ada apa dibalik misteri kebenaran yang sesungguhnya dan ada apa dengan jalan Shiraathum mustaqiim yang sesungguhnya ? Dimana saya selalu apabila mengkaji AlQuran pada surat pertama yaitu minta ditunjukan jalan Shiraathum mustaqiim, hal itu diulang-ulang dari saya kecil sampai dewasa !  Setelah sekian lama saya mempelajari AlQuran kemudian timbul lagi dalam pikiran saya bahwa kami umat Mumin harus mengImani semua Kitab selain AlQuran yaitu Taurat (Lima kitab Musa), Zabur (Mazmur) dan Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes), tetapi apa yang saya harus Imani sedangkan memegang saja tidak pernah, itulah yang ada dalam logika pikiran saya.
Memang kenyataannya saya sadari bahwa anjuran baca Injil diabaikan bahkan dilarang oleh abi dan semua saudara muslim pada umumnya, jadi ada apa dengan Injil?, itulah pikiran saya selama itu.
Kenapa anjuran membaca Injil seperti tertulis di Q.5:68 tidak pernah dilakukan?, padahal dari Injillah kita bisa tahu kebenaran yang tertutup selama ini. [Penekanan ditambahkan]
Singkat cerita. Karena larangan itu, maka saya ingin tahu ada apa  dengan Injil?
Hal itu terus berkecamuk dibenak saya, hampir semua saudara dari abi maupun umi yang saya tanya tentang Injil, selalu mereka bilang Injil sekarang sudah palsu dan katanya sudah diselewengkan dari isi yang sebenarnya, jawaban itu tidak memuaskan saya karena tanpa ada bukti yang mana aslinya ?
Dari hari kehari selalu dalam benak saya bertanya-tanya, mengapa Injil seakan ditakuti untuk dibaca, apagunanya kalau selama ini saya sudah punya keyakinan kuat yang sempurna? Oleh karena itu mengapa saya harus takut hanya soal baca Injil saja!, apalagi Injil yang dikatakan itu sudah palsu, berarti tidak punya kehebatan lagi, itulah pikiran saya waktu itu.
Suatu saat saya ambil keputusan untuk membaca Injil dan mempelajarinya.
Singkat cerita, tanpa harus saya sebutkan bagaimana cara dan dari siapa saya bisa mendapatkan Injil itu, memang unik ceritanya yang pasti itu saya yakini adalah Jalan Yahweh.  Akhirnya setelah saya mendapat Injil tersebut, suatu malam sebelum saya membuka Injil dengan rasa was-was, saya memohon kekuatan dan mohon ampun kepada Allah (Elohimnya orang Islam) yang saya yakini, kalau saya memang berdosa membaca Injil, karena seumur hidup saya baru pernah memegang Injil dan membukanya dimalam itu.
Kemudian dengan tekat dan hati yang tulus penuh keikhlasan, saya harus baca Injil itu dan saya ber doa layaknya seperti mau membuka AlQuran, untuk menyingkirkan Dajal, syaitan yang setiap saat mengganggu agar kita lupa dengan kebenaran-kebenaran yang hakiki.
Mulailah saya baca Injil, saya pelajari ayat demi ayat dengan benar dan teliti sampai berulang ulang ulang dan ber ulang lagi, dan pada akhirnya datang keinginan saya dari dalam hati, ingin bertanya siapa Yeshua Ha Masiah? Elohim kah Dia???
Tapi saya tidak tahu bagaimana caranya, dalam pikiran saya kalau bertanya kepada orang Nasrani, dengan pasti mereka bilang Elohim, kalau bertanya sama Abi dan Umi atau saudara pasti saya dikatakan kafir atau ditanya macam-macam seperti yang saya sudah alami, hal itu disebabkan memang sudah tertanam pengertian sesuai dengan bunyi kalimat yaitu “Tidak ada Tuhan selain Allah!” [Terjemahan tepatnya: ”Tidak ada ilah selain Allah!"]
Rasa keingin tahuan itu selalu datang dan semakin kuat.
Perjalanan hidupku baru dimulai.
Pada suatu malam hari pukul 01.00, saya berwudhu, ingin ber Tahadjud, karena dengan cara ini lah saya anggap benar untuk bertanya hanya kepada Allah yang saya yakini selama ini, niat dimalam itu timbul setelah beberapa hari saya membaca Injil tetapi masih juga ragu akan kebenarannya, oleh karena saya “ingat” apa yang tertulis di Q.2:46, dengan lugunya ayat tersebut saya baca berulang-ulang sambil dihayati akan pengertian dari maknanya, sehingga Q.2:46 saya anggap benar untuk menemui Yahweh, Elohim yang sebenar-benarnya!”
Setelah saya berwudhu dan mau melakukan awal shalat Tahadjud, yang terjadi diluar dugaan saya sama sekali, saya merasa takut yang tiba-tiba dan kemudian kejadian yang saya rasakan takut teramat sangat / dimalam itu adalah ketakutan yang luar biasa dalam hidup saya, yaitu dengan mata telanjang dan kesadaran penuh saya menyaksikan sosok bayang putih dengan jelas dan agak samar dibagian atas dan bawah, ber jalan-jalan didepan saya dalam kamar yang agak gelap dengan keadaan temaram hanya cahaya luar lewat dari kisi kisi jendela.
Dalam ketakutan saya sadar inikah syaitan?, yang terus mengganggu dan menghalangi keinginan saya, dalam ketakutan tersebut saya langsung mengucapkan Ayatulqursi, Yasiin , Al Faatihah, doa syalawat nabi serta doa-doa kecil lainnya, akan tetapi yang terjadi bayangan tersebut semakin banyak dan semakin dekat, oleh karena itu terakhir saya mengatakan nabi Isa tolong saya, tetapi tetap saja keadaan semakin mencekam !
Dalam ketakutan yang sangat terdesak oleh syaitan tersebut, dalam pikiran saya terlintas minta pertolongan Yahweh Yeshua, tetapi dalam benak pikiran saya timbul juga perlawanan: apa gunanya, Yeshua itu bukan Elohim saya!
Dengan berjalannya waktu menit demi menit dan ketakutan semakin menjadi-jadi, timbul dalam hati dan pikiran saya apa salahnya saya menyebut nama Yeshua, sedangkan saya dalam Tahadjud juga mau bertanya akan nama tersebut kepada Allah?
Oleh karena keadaan tersebut agak cukup lama serta semakin amat sangat ketakutan dan apa yang sudah saya lakukan tidak ada perubahan, maka saya langsung mencoba minta pertolongan “Yahweh Yeshua”, karena saya niat bertanya dan ingin tahu benarkah kebesaranNya, dan kemudian mulut saya berkata: atas nama Yahweh Yeshua keluar dan usir roh jahat syaitan, Dajal atau apapun yang menghalangi keinginan niat saya, untuk menemui Mu !

Ket,
Sebelum saya mengucapkan perkataan tersebut, dikarenakan saya ingin bertanya siapa “Yeshua” ?, apabila Dia “Yahweh Yeshua” dan benar-benar ada, sehingga saat itu dalam pikiran saya terlintas mau tahu, apakah Dia bisa tolong saya?, dan saya disaat itu yakin bila benar, pasti “Yahweh Yeshua” bisa tolong saya.

Pengetahuan hal tentang kuasa atas nama “Yeshua”, pada saat itu bisa timbul dalam pikiran saya, oleh karena saya sudah membaca Injil.
Jadi saya bisa simpulkan bahwa setiap orang yang membaca Injil dengan benar dan hati Ikhlas maka akan tahu makna dari kuasa nama “Yeshua”, rupanya hal itu yang membuat syaitan sejak dulu berusaha menghalangi saya untuk membaca Injil, dan misteri penghalang tersebut terjadi sampai saat ini kepada hampir semua pembaca AlQuran, dimana masalah tersebut tanpa disadari oleh hampir semua orang Mumin, seperti saya dulu.
Dimalam itu setelah mengucapkan kalimat perintah pengusiran syaitan atas nama Yeshua, kemudian tidak beberapa lama bayangan syaitan seperti keadaan sebelumnya sirna dan keadaan itu bisa dilalui dengan tenang serta perasaan takutpun hilang.
Kemudian saya mengulangi lagi ambil wudhu, maka dengan kesadaran penuh saya mulai berTahadjud, kali ini saya ingin berTahadjud menemui Elohim yang sebenar-benarnya Elohim!
Dalam Doa saya memohon kepada Allah [Elohimnya orang Muslim] yang selama ini saya sembah dan percaya, seperti Tahadjud yang selama ini saya lakukan tetapi tidak ada satu Tahadjud sayapun yang didengar, “mungkin kali ini” adalah Tahadjud yang benar !, itulah yang ada dalam benak pikiran saya malam itu.
Di tengah malam itu setelah menyelesaikan dua rakaat, kira-kira pukul 02.00, saya berkata kepada Allah dalam Tahadjud tersebut:
Ya Allah saya mohon tunjukan dan perlihatkan sedikit bukti, apa benar “Yahweh Yeshua” itu Elohim ? dan benarkah “Dia” ada ??
Saya terdiam dalam beberapa saat, kemudian Mujizat itu benar nyata buat saya, dengan perasan terharu menyaksikan itulah “Dia” Yahweh Yeshua datang menampakan wujud dihadapan saya, benar Dia [adalah] Elohim!
Karena saya tidak pernah seumur hidup melihat wudjud nyata seperti yang saya lihat dihadapan saya, wangian yang tercium begitu damai, sejuk dalam hati, perasaan saya saat itu sangat “terharu”.
Terima kasih Yahweh, Kau telah datang kepadaku sungguh Kau sangat mengasihiku.
Dialah Yahweh, Elohim yang sebenar-benarnya!”
Dimana wujud dari Yahweh Yeshua yang saya lihat sama dengan gambar-gambar yang dimiliki teman saya yang Nasrani, tetapi wujud yang saya lihat dimalam itu sungguh sangat menajubkan sekali melebihi gambar-gambar tersebut.
Yahweh Yeshua penyelamat manusia, maka percayalah dengan janji Yahweh : Janji Yahweh Yeshua, yang berjanji damai di bumi bahagia di Surga.
Jangan pernah ragu dengan kasih Yahweh, yakin dan percaya Dialah Yahweh Yeshua juru selamat.
Mulai saat itu saya menjalani hidup tanpa beban, damai sejahtera.
Saya yakin kita percaya pasti Yahweh Yeshua dekat dan selalu memberi pertolongan buat kita, dan untuk lebih mendekatkan diri kepada Yahweh sayapun sangat rindu ke gereja untuk mendengarkan FirmanNya.
Kemudian saya mulai mencari tahu tentang gereja dengan sangat hati-hati.
Entah kenapa selalu ada jalan, maka saya bertemu dengan seseorang yang mendapatkan keyakinannya terhadap Yeshua hampir sama seperti saya, pertemuannya juga tanpa terduga, dan maaf tidak saya sebutkan namanya.
Dari orang tersebut saya banyak mendapat penjelasan semua tentang gereja-gereja yang ada di Indonesia, mulai dari kelompok, tata Ibadah, karunia dari kelompok masing-masing gereja serta hubungan komunitas antar orang-orang yang datang kegereja yang bersangkutan, berdasarkan dari salah satu pertimbangan tersebut, maka saya coba mencari gereja Kristen Katholik yang jauh dari kotaku.
Pertimbangan tersebut karena saya masih sangat takut akan ketahuan keadaan saya sekarang, sehingga saya masih mencari situasi dimana orang-orang tidak terlalu tahu tentang saya, walaupun itu saya sadari adalah kekurangan bahkan kesalahan bagi mereka yang percaya Elohimnya.
Dalam doa, saya selalu mohon agar Elohim Yang Maha Tahu memakai saya dengan cara-Nya untuk bersaksi.
Alhasil sudah ada beberapa situs yang saya buat di Internet yang dapat dikunjungi.
Haleluya, Terpujilah YAHWEH saya bisa dijamah Elohim.
Karena Elohim Maha Tahu, pengalaman inilah Mujizat terbesar dalam hidup saya, yang sebelumnya tidak pernah terpikir sama sekali untuk bisa percaya bahwa Adonai Ha Masiah itu adalah Yahweh, Elohim yang sebenar-benarnya.
Karena sejujurnya sebelum Mujizat itu datang di malam Tahadjud, saya paling benci dengan nama Yeshua beserta para pengikutnya.
Tetapi setelah saya renungkan dan rasakan sekarang ini, bahwa Elohim Maha Baik memberikan rahmatNYA kepadaku, tentang rahmatNYA itu memang sudah tertulis didalam Injil maupun tertulis dengan jelas di AlQuran setelah saya analisa.
Terima kasih Yahweh Yeshua, Engkaulah Elohim yang sebenar-benarnya.
Elohim menyertai dan memberkati kita semua, Amien.
Marilah kita kembali kehati yang fitrah, hati yang belum dikotori dengan kebohongan yang menyesatkan.
Ikhlaskan hati, Yahweh Yeshua penuh kasih, Dia Maha Tahu, mintalah pertolonganNya, pasti kebohongan akan terungkap.
Cobalah mohon petunjuk dalam Tahadjud, mintalah kepada Allah dibuktikan dengan bertanya dengan benar dengan nama asli yang YAHWEH berikan yaitu “Yeshua Ha Masiah”.
Buat yang mau tahu lebih banyak dari kisah saya dan perjalanan hidup saya, sampai saya bisa menemui Yahweh, Elohim yang sebenar-benarnya, nanti akan saya berikan alamat untuk menghubungi saya.
Suatu ketika sudah saatnya tiba, saya akan memberikan kesaksian tersebut secara terbuka untuk umat manusia semua.
Inilah sebagian dari kisah saya dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang nyata saya rasakan setelah saya benar-benar punya Elohim, yaitu Yahweh Yeshua.
Haleluya, Terpujilah YAHWEH.
Yahweh Yeshua memberkati, Amien.
By: Husen ALHABSYI.

Kebenaran Abadi versi Buddha Dhamma

Kebenaran Abadi yang perlu kita direnungi

Postby LAUZART » Thu May 10, 2007 4:57 pm
Kalau kita membuka kitab yang manapun juga tentang permulaan dari agama-agama di dunia ini, maka kita akan menemukan satu hal yang sama dari para penulis tersebut. Mereka semua sependapat, bahwa agama-agama di dunia ini muncul disebabkan oleh perasaan takut. Manusia purba misalnya takut terhadap guntur dan kilat, gelap gulita dan angin ribut serta banyak lagi hal-hal lain yang mereka tidak mengerti atau yang berada di luar kemampuan mereka untuk menguasainya. Kemudian untuk menghindari malapetaka dan bahaya yang mungkin dapat menimpa diri mereka, biasanya mereka melakukan pemujaan-pemujaan, memberikan sesajian dan hal-hal lain lagi yang mereka anggap dapat dipakai untuk menghindarkan diri dari malapetaka dan bahaya tersebut.

Setelah itu, dengan meningkatnya intelek dan pengetahuan manusia, dari takut kepada kekuatan-kekuatan alam tersebut di atas berubah menjadi takut kepada sesuatu yang lebih halus, yang mereka tak dapat menerangkan dengan menggunakan rasio. Dengan berubahnya pandangan ini, sekarang manusia memandang rendah kepada agama-agama yang takut dan memuja-muja kekuatan alam, dewa-dewa dan Makhluk-Makhluk Agung yang mereka anggap sebagai tahyul dan tidak masuk akal. Selanjutnya ketakutan manusia beralih kepada sesuatu yang lebih halus lagi dan takut itu sekarang ditujukan kepada penderitaan yang tidak dapat ditanggulangi dengan hanya menggunakan materi (benda-benda). Manusia itu cemas dan takut terhadap penderitaan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan kelahiran, usia tua, sakit dan mati, kekecewaan dan putus harapan yang timbul dari keinginan yang tidak tercapai, dari marah dan kebodohan yang tidak dapat diobati dengan harta yang bagaimana besar sekalipun.

Pada lebih dari 25 abad yang lalu para cerdik-pandai dan ahli pikir yang hidup di India menganggap pemujaan-pemujaan kepada Makhluk-Makhluk Agung sebagai sesuatu yang tidak berguna lagi, dan mereka lebih menitik-beratkan untuk mengatasi kelahiran, usia tua, sakit dan mati dengan jalan menyingkirkan lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan). Pada waktu itulah muncul di dunia ini satu agama baru yang hingga kini dikenal sebagai Buddha-Dhamma, yaitu suatu agama dengan tingkat lebih tinggi, yang menggunakan pandangan terang untuk mengatasi kelahiran, usia tua, sakit dan mati. Cara ini dapat menyingkirkan dengan sempurna kekotoran-kekotoran batin manusia. Dengan ditemukannya jalan yang praktis untuk mengatasi dukkha (penderitaan), manusia telah diberikan obat yang manjur untuk mengobati dengan sempurna rasa takut yang timbul dari kebodohan.

Buddha-Dhamma berarti Ajaran Sang Buddha, yaitu orang yang telah mencapai Kesadaran Agung. Orang yang tahu hakikat sesungguhnya dari semua benda, Orang yang tahu tentang hidup dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup sehingga dapat menghadapi benda-benda dan kejadian-kejadian dengan penuh kebijaksanaan dan pengertian. Buddha-Dhamma adalah Ajaran yang berlandaskan kecerdasan, ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, logika, dan bertujuan untuk menghancurkan sebab-musabab dari dukkha (penderitaan). Sekarang kita dapat mengerti, mengapa pemujaan-pemujaan terhadap benda-benda keramat dengan melakukan upacara-upacara kebaktian, memberikan sesajian-sesajian atau mengucapkan doa-doa bukanlah Agama Buddha yang sesungguhnya. Sebab oleh Sang Buddha hal-hal yang tersebut di atas itu dianggap tidak esensial. Sang Buddha juga tidak membenarkan anggapan orang pada saat itu, bahwa semua benda diciptakan oleh Makhluk-Makhluk Agung dan bahwa tiap-tiap bintang dihuni oleh dewa-dewa. Dalam hubungan ini Sang Buddha pernah bersabda sebagai berikut:

“Pengertian kecakapan dan kemampuan merupakan syarat-syarat baik untuk mencapai sukses besar dan merupakan tanda-tanda baik yang tidak dapat disangkal. Ini tidak terpengaruh oleh jalannya benda-benda di langit. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari sifat-sifat tersebut dengan sempurna melampaui pekerjaan-pekerjaan dari para astroloog yang hanya sibuk melakukan perhitungan-perhitungan tentang perbintangan.” Selanjutnya: “Kalau sekiranya air dari sungai (seperti sungai Gangga) dapat dipakai untuk mencuci bersih nafsu-nafsu keinginan dan penderitaan, sudah pasti segala kura-kura, kepiting, ikan dan udang yang hidup dalam air yang dianggap suci, telah lama terbebas dari nafsu-nafsu keinginan dan penderitaan mereka. Dan kalau sekiranya benar seorang manusia dapat menyingkirkan penderitaan dengan memberikan sesajian, bersujud dan berdoa, pastilah pada saat ini tidak ada lagi manusia yang masih menderita di dunia ini. Tetapi karena terbukti bahwa manusia masih tetap dapat terkena penderitaan justru pada saat-saat sedang berlutut, bersujud dan melakukan upacara kebaktian, maka jelaslah bahwa hal-hal tersebut di atas bukanlah jalan yang baik untuk memperoleh kebebasan.”

Untuk memperoleh kebebasan, kita harus menyelidiki terlebih dulu benda-benda untuk dapat mengetahui hakikat yang sesungguhnya dari benda-benda itu. Selanjutnya kita harus mengambil sikap yang sesuai dengan kenyataan itu. Inilah Ajaran Sang Buddha yang selalu harus dicamkan dalam pikiran kita.

Buddha-Dhamma tidak ada sangkut pautnya dengan berlutut dan memuja benda-benda yang seram-seram atau melakukan persembahan-persembahan air suci dan hal-hal lain lagi (termasuk juga pemujaan-pemujaan roh-roh dan Makhluk-Makhluk Agung). Sebaliknya Agama Buddha tergantung kepada pikiran sehat dan pandangan terang. Buddha-Dhamma tidak menuntut agar kita harus menerka atau mengira, tetapi menuntut agar kita harus berbuat sesuai dengan apa yang menurut pandangan kita adalah benar dan baik, dan janganlah hanya menggantungkan diri kepada ucapan-ucapan orang lain. Kalau misalnya ada orang datang memberitahukan sesuatu kepada Saudara, janganlah hendaknya ucapan-ucapannya itu dipercaya begitu saja tanpa pemeriksaan dan penyelidikan. Dalam hal ini kita harus mendengar dengan baik apa yang dikatakan, dan kemudian periksalah kata-kata itu. Kalau kita anggap apa yang dikatakan itu masuk akal, maka terimalah hal itu dengan syarat dan selanjutnya kita harus membuat penyelidikan sendiri (ehipassiko). Inilah ciri khas Buddha-Dhamma yang sangat berbeda dengan agama-agama lain di dunia ini.

Sekarang marilah kita meninjau Buddha-Dhamma dari berbagai sudut. Jelas akan terlihat, bahwa ditinjau dari sudut ini ia akan memperlihatkan corak tertentu dan ditinjau dari sudut lain ia akan memperlihatkan corak lain pula. Biasanya orang melihat agama dari sudut yang salah dan dalam hal ini Buddha-Dhamma pun tidak merupakan pengecualian. Orang-orang dengan pandangan hidup yang berbeda-beda akan mempunyai penilaian yang berbeda-beda pula terhadap Buddha-Dhamma. Secara tidak sadar kita cenderung untuk menaruh kepercayaan yang kuat terhadap penilaian kita sendiri. Menurut hemat kita sesuatu itu benar kalau dilihat dari tingkat pengertian kita sendiri dan dari pandangan berdasarkan pengalaman sendiri hal itu memang demikian adanya. Akibatnya ialah Kesunyataan tidaklah merupakan pengertian yang sama untuk orang-orang yang berbeda-beda itu. Mereka menyelami kesunyataan pada batas-batas yang tidak sama, yaitu sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengalaman masing-masing. Pada umumnya orang tidak akan menerima sebagai sesuatu yang benar, kalau menurut pendapatnya hal itu berada di luar jangkauan pikiran, pengetahuan dan pengertiannya. Mungkin saja ia seolah-olah menerima pandangan orang lain sebagai “benar”, tetapi untuk dirinya sendiri ia tahu, bahwa hal itu bukanlah merupakan sesuatu yang “benar” seperti apa yang ia lihat sendiri. Konsepsi tentang “benar” dari tiap-tiap orang dapat berubah dan berkembang hari demi hari sesuai dengan meningkatnya tingkat kecerdasan, pengetahuan dan pengertiannya, sehingga akhirnya orang akan sampai kepada Kesunyataan (Kebenaran Mutlak). Dalam hal ini kita mempunyai cara masing-masing untuk memeriksa dan menyelidiki sebelum kita sampai pada tingkat keyakinan yang kuat. Dengan demikian kalau Buddha-Dhamma diteropong dari sudut yang berbeda-beda, maka hasilnya pun pasti akan berbeda pula.

Seperti diterangkan di atas, Buddha-Dhamma adalah Ajaran yang praktis untuk membebaskan manusia dari dukkha (penderitaan) dengan jalan menyelami dan mengerti dengan seksama keadaan sesungguhnya dari benda-benda. Tetapi harus diakui pula, bahwa dalam tiap-tiap kitab agama terdapat unsur-unsur yang ditambahkan belakangan oleh orang-orang tertentu dan Tipitaka dari umat Buddha pun tidak merupakan suatu pengecualian. Orang-orang dari abad-abad setelah Sang Buddha mangkat telah menambah bagian-bagian tertentu pada Tipitaka berdasarkan kebiasaan dan kebutuhan pada saat-saat itu, sebagian dimaksud untuk memperoleh kepercayaan khalayak ramai dan sebagian lagi didorong oleh kesujudan yang berlebih-lebihan. Tetapi menyedihkan sekali, bahwa tata-cara dalam upacara-upacara kebaktian yang telah ditambahkan dan bercampuran dengan Dhamma telah diterima dan dianggap sekarang sebagai Buddha-Dhamma yang sesungguhnya. Sesajian manisan dan buah-buah di hadapan patung Sang Buddha sebagai persembahan kepada “roh” Beliau, seperti juga kita biasa mempersembahkan makanan kepada para bhikkhu sebenarnya tidak sesuai dengan Ajaran dari Sang Buddha sendiri. Namun oleh beberapa golongan hal di atas dianggap sebagai kebiasaan Agama Buddha yang benar dan mereka mengajarkan hal itu kepada umatnya, dan dengan tertib pula melaksanakannya sendiri. Tatacara seperti ini telah demikian banyaknya sehingga pada waktu sekarang ini menutupi samasekali Buddha-Dhamma yang sesungguhnya dan menyeleweng dari tujuan utamanya.
 
LAUZART
Pandangan Pertama Pandangan Pertama
 
Posts: 12
Joined: Thu May 10, 2007 4:32 pm

Kamis, 09 September 2010

Bukti Sejarah Kebangkitan Kristus

Bukti Sejarah Kebangkitan Kristus

Pengantar

Jika kebangkitan bukan peristiwa sejarah, maka kuasa kematian tetap tidak dikalahkan; Kematian Kristus menjadi tidak ada artinya, dan umat yang percaya kepada-Nya tetap mati dalam dosa; Keadaannya akan tidak berbeda dengan sebelum mendengar nama-Nya.

Apakah kebangkitan Kristus hanya sekedar ajaran saja?
Apakah kebangkitan Kristus hanya legenda saja?
Ataukah kebangkitan Kristus benar-benar terjadi dalam sejarah?


Penjelasan

Kebangkitan Kristus merupakan suatu peristiwa yang terjadi di dalam dimensi ruang dan waktu sejarah manusia. Kebangkitan Kristus adalah peristiwa dalam sejarah, dimana Tuhan bekerja di dalam waktu dan ruang tertentu.

Makna kebangkitan berhubungan dengan pembicaraan teologi, tetapi fakta kebangkitan berhubungan dengan pembicaraan sejarah. Fakta bahwa tubuh Yesus tidak berada lagi dalam kubur adalah pembicaraan yang bisa ditentukan dengan bukti sejarah.

Lokasi geografik dari kubur Yesus adalah lokasi yang dapat ditentukan. Orang yang mempunyai kubur Yesus adalah orang yang benar-benar hidup pada paruh pertama abad pertama. Kubur yang dibuat dari batu ini berada di perbukitan dekat Yerusalem. Ini bukan sekedar kepercayaan, tetapi adalah benar-benar lokasi geografis yang dapat ditentukan letaknya. Sanhedrin adalah tempat dimana orang-orang sering berkumpul di Yerusalem. Banyak tulisan yang mencatat bahwa Yesus adalah orang yang benar-benar hidup, tinggal di antara manusia, tinggal dalam masyarakat, tanpa memandang bagaimana tulisan-tulisan itu menganggap siapa Yesus. Banyak tulisan juga mencatat bahwa murid-murid yang memberitakan Tuhan yang bangkit adalah juga tinggal di dalam masyarakat, makan, minum, tidur, menderita, bekerja dan mati. Apakah ini pembicaraan ajaran? Tidak, ini adalah pembicaraan sejarah.

Ignatius yang berasal dari Syria, bishop dari Antiokhia, murid Rasul Yohanes, yang hidup antara tahun 50-115 M, dalam perjalanannya dihukum mati sebagai martir dengan diadu dengan binatang buas, menulis tentang Kristus:

"Dia disalibkan dan mati di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Dia benar-benar disalibkan dan mati di hadapan penghuni sorga, penghuni bumi dan bawah bumi.

Dia juga bangkit pada hari ketiga...

Pada hari persiapan Paskah, pada jam 3 (pukul 9 pagi), Dia menerima hukuman mati dari Pilatus; Bapa mengijinkan hal itu terjadi.
Pada jam 6 (pukul 12 siang), Dia disalib. Pada jam 9 (pukul 15 siang), Dia menyerahkan nyawa-Nya, dan sebelum matahari terbenam, Dia dikuburkan.

Selama hari Sabat, Dia terus di dalam bumi pada kubur di mana Yusuf dari Arimatea membaringkan-Nya.

Dia berada dalam rahim, seperti halnya kita, dan setelah periode waktu yang umum, Dia benar-benar lahir, dan seperti halnya kita, Ia benar-benar disusui, dan mengambil bagian dalam makan dan minum seperti halnya kita. Ketika Ia hidup di antara orang-orang selama 30 tahun, Dia benar-benar dibaptis oleh Yohanes. Ketika Dia mengajar Injil selama 3 tahun dan mengadakan tanda-tanda dan mujizat, Dia yang adalah Hakim dihakimi oleh orang Yahudi, dianggap bersalah kata mereka, dan oleh pemerintahan gubernur Pontius Pilatus dijadikan momok, pipi-Nya dipukul dan diludahi. Dia memakai mahkota duri dan jubah ungu. Dia dihukum: Dia benar-benar disalib, tidak dalam penglihatan, tidak dalam halusinasi. Dia benar-benar mati dan dikuburkan, dan bangkit dari antara orang mati."

Mengenai kematian Kristus, Wilbur Smith menulis: "Secara sederhana kita mengetahui banyak hal-hal detil sebelum dan saat kematian Yesus, lebih banyak dari kematian tokoh-tokoh lain leluhur dunia".

Pada akhir abad pertama, Josephus, seorang sejarahwan Yahudi menulis dalam bukunya Antiquities:

"Pada kira-kira waktu ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana, jika memang seseorang seharusnya menyebut dia seorang manusia. Karena ia adalah seseorang yang mengadakan hal-hal yang mengejutkan dan adalah seorang guru bagi orang-orang yang menerima kebenaran dengan senang hati. Ia memenangkan banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. Ia adalah Sang Kristus. Ketika Pilatus, karena mendengar bahwa ia dikenai tuduhan oleh orang-orang dengan jabatan tertinggi di antara kami, telah menjatuhkan hukuman salib kepadanya, mereka yang dari mulanya sudah mengasihi dia tidak melepaskan kasih sayang mereka kepadanya. Pada hari ketiga ia menampakkan diri kepada mereka dalam keadaan kembali hidup, karena nabi-nabi Tuhan telah menubuatkan hal-hal ini dan tak terhitung banyaknya hal-hal menakjubkan lainnya mengenai dia. Dan suku Kristen, demikian mereka disebutkan menurut namanya, sampai saat ini masih ada."

Injil-injil menjelaskan fakta-fakta yang berhubungan dengan kematian dan kebangkitan Yesus lebih detail dari bagian manapun pelayanan Yesus. Detil dari kebangkitan Yesus harus diterima seperti halnya detil kematian-Nya.

Perjanjian Baru juga menegaskan bahwa: Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan. Murid-murid-Nya menjadi sangat kehilangan semangat dan takut.
Beberapa waktu yang singkat kemudian tiba-tiba semangat mereka bangkit, dan menunjukkan suatu semangat dan keberanian yang sangat tinggi, hingga tahap bersedia mati martir. Jika kita bertanya kepada mereka apa yang menyebabkan perubahan ini, mereka tidak akan menjawab, 'Karena penyaliban, kematian dan penguburan seorang yang pernah hidup', tetapi mereka akan menjawab, 'Karena Tuhan telah bangkit'. Inilah yang menyebabkan orang-orang menjadi percaya.

Murid-murid adalah saksi kebangkitan Yesus Kristus. Catatan sejarahwan Lukas, mencatat dalam Kisah Para Rasul 1:3,
"Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah."

Kristus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya. Penampakan ini terjadi dalam waktu yang dapat ditentukan, kepada banyak orang yang dapat ditentukan, dan dalam tempat yang dapat ditentukan.

Para murid percaya karya penebusan Yesus melalui bukti yang sangat kuat mengenai kebangkitan-Nya dan bukti ini tersedia kepada kita sekarang melalui catatan Perjanjian Baru. Ini penting bagi kita yang hidup di dalam jaman yang meminta bukti untuk mendukung pernyataan Kekristenan mengenai kebangkitan Kristus; untuk menjawab mereka yang meminta bukti sejarah Kebangkitan Kristus.

Kebangkitan Kristus berdasar kepada fakta sejarah, dan merupakan sumber motivasi yang kuat orang mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Ada bukti-bukti yang tidak dapat disanggah mengenai kebangkitan Kristus dalam surat-surat Paulus. Surat-surat yang ditujukan kepada: Galatia, Korintus, dan Roma, adalah surat yang ditulis Rasul Paulus selama dalam perjalanan misi antara tahun 55-58 M. Ini menunjukkan bahwa bukti-bukti kebangkitan Kristus sangat dekat dengan peristiwa itu sendiri, karena Paulus sendiri berbicara secara jelas bahwa materi surat yang ia tulis isinya sama dengan yang ia bicarakan waktu ia bersama-sama dengan mereka.

Kebangkitan Kristus adalah dasar dari pembelaan iman Kristen. Rasul-rasul adalah saksi kebangkitan: "... mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya." (Kisah Para Rasul 1:22).

Isi dari pengajaran rasul Paulus saat di Athena adalah: "Yesus dan Kebangkitan" (Kisah Para Rasul 17:18). Khotbah pertama Petrus adalah tentang Kebangkitan: "Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi" (Kisah Para Rasul 2:32).

Sebagai fakta sejarah, Kebangkitan Kristus mendorong manusia untuk percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini bukan sekedar pembicaraan mengenai pengaruh: karakter, contoh dan pengajaran-Nya. Ini mengenai tanggapan manusia terhadap-Nya. Siapa yang percaya kepada kebangkitan-Nya, kemudian mempercayai ketuhanan-Nya, kemudian percaya akan karya penebusan-Nya, kemudian percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, akan memperoleh penebusan dosa dan diselamatkan. Siapa yang menyangkal kebangkitan-Nya, secara langsung menyangkal ketuhanan-Nya dan menolak karya penebusan-Nya, tidak diselamatkan.

Kebangkitan Yesus Kristus adalah fakta sejarah.
Penyaliban Yesus Kristus untuk menanggung dosa manusia adalah fakta sejarah.
Penyaliban Yesus Kristus untuk menanggung dosa Saudara adalah fakta sejarah.

Maukah Saudara menerima fakta sejarah ini?
Maukah Saudara menerima karya penebusan Kristus bagi Saudara?
Maukah Saudara diselamatkan dari hukuman dosa, kemudian menerima hidup kekal?
Maukah Saudara menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara?

Sumber:
Josh McDowell, The New Evidence that Demands a Verdict, Thomas Nelson Publisher.
Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Penerbit Gospel Press, PO BOX 238, Batam Center, 29432. F: 021-74709281

Kamis, 02 September 2010

Memberanikan diri untuk menggali kebenaran hakiki

Teman saya, seorang ayah Muslim terpelajar telah memberi nama ISA bagi anaknya. Saya, ex Muslim lalu bertanya kenapa nama itu yang menjadi pilihannya dan bukan nama nabi yang lebih besar lagi? Sang ayah menjawab: “Siapa lainnya? Itu kan salah satu nabi yang punya nama terbesar dalam Quran. Sekalipun dia tidak diatas Nabi Muhammad, namun dia kan tidak dilebihi oleh siapapun lainnya”. Hah! Saya jadi terperangah mendengar pendapatnya!
Dulu saya tidak tahu, maka terperangah. Kini saya bukan hanya tahu, namun saya – tidak seperti ayahnya si-Isa itu— malah duluan mengambil langkah lebih meninggalkan Islam setelah tahu apa kata Muhammad tentang Yesus. Dulu, sebagaimana Muslim nominal lainnya saya hanya TAHU bahwa Isa lahir ajaib tanpa ayah, bisa menyembuhkan orang sakit kusta, menghidup-kan orang mati, dan naik ke sorga. Ya, sampai disitu saja, yang praktis-praktis  saja, dan semua yang diketahui secuil-secuil ini tidak berdampak bagi keinginan-tahu saya yang lebih tinggi lagi. Ini mendatangkan pertanyaan serius, sebab apa yang diketahui oleh saya dan Muslim kebanyakan itu sesungguhnya sudah sangat-sangat ajaib bahkan dahsyat! Jadi kenapa berita ajaib ini tak berdampak bagi Muslim?
Bukankah bilamana ada orang jaman sekarang yang lahir tanpa ayah saja, akan gemparlah dunia dengan pemberitaan-pemberitaan sejagad, interview dan ulasan-ulasannya dari pelbagai segi, serta mendatangkan berbondong-bondong para ahli medis dari panca negara untuk menelusuri keajaiban tsb? DNA dan fisiologi-nya, kiprah dan ucapannya, semuanya akan menjadi pusat penyelidikan. Apalagi bila TERFAKTA bahwa ia dengan tumpangan tangannya bisa menyembuhkan HIV/AIDS, cancer dan lain-lain penyakit yang tak tersembuhkan (seperti halnya penyakit kusta yang tak tersembuhkan dijaman tsb). Dan ketika TERFAKTA lagi diarena publik, bahwa ada mayat dari orang-orang matipun bisa dibangkitkannya, maka apa kata-orang –Muslim dan non-Muslim tentang orang yang satu ini?
Inilah analogi dan qias yang sama dalam agama Islam, dimana Isa sedikitnya DIPERCAYAI sedemikian itulah oleh para Muslim karena mempercayai pernyataan Muhammad yang diwahyukan Allah. Tetapi aneh bahwa kepercayaan tersebut tidak memberi dampak apapun dan tidak mengusik hati nurani mereka untuk bertindak menelusuri pernyataan dahsyat tsb. demi memuaskan rasa ingin tahunya agar mendapatkan detailnya dan keuntungan-keuntungan yang menyertainya. Tampaknya ada sesuatu yang tidak waras disini. Ada semacam kerudung yang mentabiri hati dan pikiran dan kemauan mereka. Bahkan tampaknya ada semacam ketakutan mereka yang tersembunyi untuk memper-cayai secara terbuka apa yang terfakta. Lalu teman Muslim kita hanya berkata, bahwa mereka cukup mempercayai Muhammad dan Quran yang dibawanya…
Baik, dan bagus, bila Anda percaya kepada seorang super-hero seperti Muhammad. Namun bilamana super hero ini malahan memujikan seseorang lain yang lebih hebat daripadanya—yaitu yang dinamainya sendiri “Isa Almasih”—maka apa yang dapat Anda katakan? Bukankah Muhammad sama menempatkan dirinya seperti apa yang dikatakan juga oleh Nabi Yahya tentang diri-sendiri? Keduanya sama mengakui bahwa ia bukanlah Mesias, melainkan suara yang memberi peringatan:
YAHYA: “Aku bukan Mesias… “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan” (Yohanes 1:20,23)
(MUHAMMAD): “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan” (Surat 46:9, penekanan penulis).
Menurut Alkitab maupun Quran, untuk dirujukkan kepada jatidiri-nya seorang Sang Mesias, ia mutlak harus mengetahui isi-hati orang atau hal-hal ghaib! Dan kemesiasan inilah – dalam diri Isa Al-Masih — yang akan ditampakkan kepada Anda lewat tulisan ini, demi menyingkirkan kain tabir antara HATI dan AKAL waras kita, karena bagaimanapun Mesias yang satu ini TAHU akan isi hati Anda dan saya.
Muhammad mengajukan paling tidak ada 17 keajaiban adikodrati Isa Almasih –yang tidak ada tolok bandingnya atau kesamaan-nya dengan dirinya– yang telah menjadi acuan imannya bagi setiap pengikutnya, namun yang telah dicampakkan sebagai aset kurang berharga selama ini oleh Muslim! Padahal itu adalah apa yang telah diwahyukan dan diakui oleh Muhammad dan yang dikatakan dari mulutnya sendiri tentang superioritas Almasih Putra Maryam. Inilah diantaranya.
HANYA ISA YANG DIKATAKAN LAHIR DARI ZAT ROH, YAITU DARI KALIMAT ALLAH DAN ROH DARIPADANYA (Surat 4:171).
Zat apakah itu? Kalimat Allah dan Roh dari Allah?
Pernyataan ini meruntuhkan posisi Ulama Islam yang mau menegaskan bahwa Isa Al-Masih itu “tidak bersifat ilahi”. Berunsurkan Roh dari Allah sekaligus menjelaskan bahwa Isa memilik gen/ DNA yang tidak sama dengan manusia biasa seperti Musa dan Muhammad. Muslim kebanyakan beranggapan bahwa Roh itu adalah zatnya mahkluk ciptaan semisal malaikat, setan, iblis, jin dan arwah. Sebagian Muslim lainnya, dalam ketidak pastian, juga beranggapan bahwa roh itu adalah semacam nafas yang ditiupkan dari Allah demi menghidupkan manusia. Tetapi Muhammad sendiri sebenarnya bingung akan roh Allah ini, sampai-sampai terjadi inkonsistensi yang fatal. Sebab Quran menghadirkan jenis tiupan roh kerahim Maryam sekaligus apa adanya (Surat 21:91), tetapi ada pula jenis lain dimana Allah meniupkannya sebagian saja (Surat 66:12). Itu sebabnya Muhammad menjadi sasaran olok-olokan orang Yahudi yang sering men-test kenabiannya dengan mengajukan pertanyaan tentang apa/siapa roh-roh itu sesungguhnya. Dan mereka  mendapati dia tidak bisa menjawabnya, sehingga Allah perlu membantunya bukan dengan penjelasan, tetapi dengan kontra-penjelasan terhadap roh, melalui “wahyu praktis” bagi Muhammad yang setiap orang yang kepepet juga bisa mendalilkannya:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Surat 17:85).
Andaikata Muhammad bisa membaca Alkitab, Ia tidak akan bingung dan menghindar, melainkan akan dicerahkan dengan wahyu yang paling pertama ditulis tentang kejadian alam semesta. Yaitu ketika jagad raya masih kosong belum ada ciptaan apapun, maka Roh Allah telah hadir dengan FirmanNya (Kejadian 1:1-3), menandai bahwa Roh Allah berlainan dengan roh ciptaan lainnya. Dan ini dipahami oleh semua nabi-nabi dan semua orang Yahudi yang menguji Muhammad. Itu sebabnya Yesus juga telah mengatakan: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24). Ayat yang otentik ini terkorup dan dikosongkan dari Quran, sehingga tidak ada referensi apapun bagi Muslim untuk memahaminya secara benar, kecuali berspekulasi bahwa semua jenis Ruh itu hanyalah mahkluk ciptaan. Padahal Roh-Nya Allah sendiri itulah Roh Kudus (Rohulqudus, Roh Kebenaran) yang ada dalam diri Elohim sendiri bersama dengan Kalimat (Firman)-Nya. Alkitab dengan jelas menyampaikan bahwa Roh-Nya keluar dari dirinya Elohim sendiri (Yohanes 15:26), dan Ia samasekali bukan asessoris-ruh, Jibril dll ruh-ciptaan yang diluar diri Tuhan (Camkan bahwa ini sama pula dengan “KalimatNya” yang melekat dalam diri Elohim, re. Yohanes 8:42, dan 1:1).
Agar jelas pembedaan Jibril dengan Roh Kudus, maka Yesus telah dengan sengaja menempatkan Roh Kudus sebagai pusat keberadaan kekudusan Tuhan yang sakral yang tidak boleh dihujat sebagaimana layaknya orang menghujat malaikat. Sebab Ruh yang satu ini khusus dating untuk menolong menerangi hati kita dengan menanamkan kebenaranNya yang menghidupkan:
“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni” (Matius 12:31).
Hanya dengan peran Roh Kudus dari Elohim inilah Anda dapat memperoleh kehidupan yang kekal, sehingga Yesus berkata bahwa tak ada orang yang dapat masuk kesorga tanpa kelahiran baru dalam Roh-Nya.
Percayalah, Surat 4:171 tidak akan bisa dipahami oleh ulama Islam manapun bila berangkat dengan asumsi roh ciptaan, kecuali akan berakhir pada surat penghentian pencaharian tentang roh dalam Surat 17:85! Tetapi Roh Allah dengan iringan KalimatNya yang disampaikan kedalam rahim Maryam itulah yang menjadikan Isa-Al-Masih itu tampil sebagai model hidup sempurna ditengah-tengah manusia berdosa, dan ia selalu berwahyu! Sebaliknya Quran mengatakan bahwa semua manusia termasuk Adam, berasal dari dunia, dari debu tanah, dan tidak lahir dari Roh Allah, melainkan tercipta dari zat-zat dunia dengan formasi yang paling sulit dipahami. Sebab Muhammad menegas-kan bahwa formasi kejadian manusia berasal dari saripati dari tanah, lalu menjadi air mani, menjadi segumpal daging, menjadi tulang belulang, lalu dibungkus dengan daging, lalu menjadi mahkluk yang berbentuk lain, kemudian sesudah itu manusia akan menemui ajalnya (lihat Surat 23:12-15). Selama 14 abad dan seterusnya, agaknya tak akan ada sarjana medis & biologi Islam yang berani mengadopsi dan mengajarkan formasi kejadian manusia seperti apa yang sudah dipahami Muhammad dari sorga.
HANYA ISA YANG MAMPU BERFIRMAN LANGSUNG SEJAK DARI BAYI (Surat 19:29-34), BUKAN SEJAK MEMULAI KERASULANNYA.
Muslim membaca di Quran dan mungkin mengagumi bahwa Isa Almasih sudah bisa berbicara sejak dalam buaian. Itu saja. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa itu berarti dia sudah menjadi Nabi, berwahyu, dan terutus sejak hadir dibumi! (ayat 30). Dan ajaibnya, ia tidak membutuhkan malaikat Jibril untuk pewahyuan. Ia sendiri adalah inkarnasi dari Kalimat Allah dan Roh daripada-Nya. Setiap kata yang diucapkan Isa disembarang waktu adalah wahyu dari perintah-perintah dan janji-janji Allah. Isa bukan nabi yang pada satu ketika berkata-kata dalam pewahyuan tetapi pada ketika yang lain berkata-kata secara non-wahyu, seperti nabi selainnya.
Karena selalu wahyu, maka Isa selalu BENAR, dalam segala perkataanNya maupun perbuatanNya, disetiap ruang dan waktu. Sebaliknya Muhammad dan lain-lain nabi yang adalah manusia yang terbatas, akan sesekali terjebak dalam kekeliruan, kelemahan dan dosa. Perhatikan bahwa ada rujukan unik Putra Maryam ini dalam Quran Surat 19:34, yaitu sebagai “Kebenaran” (al-Haqq) dimana dalam gelar ini terlihat dengan jelas “diri Allah sendiri”, karena gelar al-Haqq memang dimunculkan beberapa kali dalam Quran sebagai atribut dan nama Allah.
Dan jikalau sumber Al-Masih adalah “kebenaran”, maka Ia sendiri adalah “Kebenaran” itu, karena hanya Kebenaran yang dapat keluar dari “Kebenaran”. Barangsiapa yang melihat kepada Al-Masih ia dapat melihat Kalimat Allah yang hidup dan selalu berfirman dalam kebenaran-Nya, walau dalam wujud insani.
SETELAH MUSA, HANYA ISA YANG KELAHIRANNYA DIDAHULUI SESAAT OLEH SEORANG NABI LAINNYA, YAITU YAHYA, YANG KHUSUS DIUTUS UNTUK MEMBENARKAN ISA SEBAGAI KALIMAT ALLAH (Surat 3:39)
Mungkin sekilas teman Muslim tidak heran dengan kesaksian Yahya yang satu ini. Namun kesaksian ini sangat dramatis karena Yahya sebagai Nabi seangkatannya Isa telah membenarkan Isa secara langsung pada ruang dan waktu yang sama, tidak lewat nubuatan nabi yang jauh jarak fisiknya dan jamannya! Hal ini sampai diperlukan Tuhan demi memperteguh kesaksian Yahya agar tidak disalah-pahami atau diplesetkan alamatnya kepada nabi-nabi lain yang bukan sosoknya! Sekaligus membuktikan kepada dunia bahwa kehadiran dua nabi besar yang saling berdampingan dalam satu kurun waktu, adalah TANDA yang teramat penting dari Allah bagi manusia. Dan ini hanya terjadi pada Musa (didampingi Harun), dan Isa (didampingi Yahya).
Seorang Harun yang “mencorongkan” suara seorang Musa; begitu pula seorang Yahya yang “menterompetkan” kedatangan seorang Isa, merupakan catatan sejarah kenabian yang tiada dua, yang mengajarkan kepada kita untuk melihat secara mendalam bahwa Nabi-nabi besar Musa dan Isa yang dipercayakan untuk “membawa” Taurat dan Injil, haruslah dipersaksikan dengan kencang oleh sesama Nabi seangkatannya secara langsung, muka dengan muka. Tidak cukup bila ia klaim kenabiannya sendirian. Dan Yahya bersaksi dimuka umum, membenarkan Isa sebagai Kalimat dari Allah (Surat 3:39).
KEBERADAAN ISA DINYATAKAN SUCI OLEH MALAIKAT (Surat 19:19)
Dialah satu-satunya nabi yang dinyatakan suci Murni (zakiy), tanpa cela dosa (faultless) dan tidak berbuat dosa (sinless) walau hanya kekeliruan kecil sekalipun.
Apabila kita menyelidiki Quran dan kata-kata Muhammad, kita tidak akan menemukan adanya ayat dan tanda yang menyatakan Isa berdusta, berzina, merampok harta, budak atau istri orang, atau berbuat dosa apapun sehingga perlu minta pengampunan Allah. Dan ini sungguh berbeda dengan nabi-nabi lainnya. Muhammad harus angkat topi kepada kekudusan Isa yang selalu disertai dengan RuhKudus. Muhammad sadar akan dirinya yang tak luput dari dosa dan berkata: “Setiap anak Adam yang baru lahir disentuh oleh setan… kecuali Maryam dan anaknya” (Shahih Bukhari 1493). Ia tahu dirinya pernah disentuh setan, dan ia orang berdosa (Surat 47:19 dll), sehingga harus minta ampunan Allah dengan lirih: “Demi Allah! Saya meminta ampun dan bertobat kepada Allah, dalam satu hari lebih dari 70 kali” (Shahih Bukhari 1732).
Banyak orang –Muslim non-Muslim–bertanya-tanya, dosa apakah yang dilakukan Muhammad sebegitu intense-nya sehingga praktis setiap 15 menit dari waktu-sadarnya (bukan waktu tidur) Muhammad harus minta ampun dan bertobat? DAN kenapa sesudah seharian “bertobat 70 kali”, ia tidak tobat-tobatnya mengulangi siklus “berdosa–bertobat-berdosa” hari kehari? Apakah dia tidak maksum (terjaga dalam kekudusan) sehingga harus jatuh bangun dalam gelimang dosa sampai kepada detik terakhir hayatnya, ketika mana ia juga masih harus berdoa: “Wahai Tuhan! Ampunilah saya!” (Bukhari 1573). Suatu guilty feeling yang paling tragis yang pernah dicatat dalam sejarah.
KEPADA ISA-LAH ALLAH BERSABDA LANGSUNG (Surat 3:55, 5:110), BUKAN VIA JIBRIL ATAU DALAM MIMPI.
Pembacaan pada Quran jelas mengungkapkan bahwa SEMUA nabi-nabi Israel tidak membutuhkan Jibril untuk mendapatkan wahyu Tuhan. Malaikat Gabriel hanya dikirim untuk ditampilkan dalam urusan-urusan ad-hoc dan seketika, bukan yang terus membisikkan pewahyuan sepanjang kenabian (lalu kadang-kadang tak muncul menjadikannya bolak-balik tidak efisien). Para nabi Israel mendapatkannya dari Tuhan yang berbicara sendiri. Bahkan ada dua Nabi yang diakui Muhammad kepada siapa Allah bersabda langsung, yaitu Musa (Surat 4:164) dan Isa (didunia Surat 3:48 dll, dan diakhirat Surat 5:116). Muhammad sendiri tidak tercatat sebagai nabi yang berbicara dengan Allah kecuali lewat Jibril saja. Ini menjadikan Quran hanya sebentuk hasil dikte-an satu arah. Tak ada pertanyaan apapun yang dapat diajukan Muhammad kepada Allah. Sebaliknya Nabi-nabi Israel semuanya bisa bertanya dan bercakap dengan Tuhan dan sebaliknya, sehingga interaktif dan memuaskan pemahaman hambaNya. Sulit untuk Muslim menjawab, kenapa Allah menampilkan diri dan bisa saling berdialog hanya  kepada pembawa Taurat dan Injil, dan tidak kepada pembawa Quran. Diskriminasi Allah? Atau memang lain ke-allah-an yang disembahnya?
NAMA ISA DENGAN GELAR ALMASIH DIBERIKAN OLEH ALLAH LEWAT MALAIKAT (Surat 3:45) BUKAN OLEH ORANG TUA ATAU KAKEKNYA.
“Muhammad” adalah nama dunia, yang diberikan oleh sang kakek, dan dipakai dengan nyaman oleh Muhammad seterusnya. Tetapi Muslim tidak satupun bertanya, kenapa sang Nabi tidak memilih memakai nama atau gelar surgawinya sebegitu ia mulai dianugerahkan oleh Allah SWT? Kenapa Muhammad tidak meniru Abraham yang menghargai pemberian Tuhan dan langsung menggantikan nama duniawinya (Abram) menjadi Abraham? (Kejadian 17:5). Bukankah kepada Muhammad telah Allah berikan nama “Ahmad” melalui pewahyuan Quran Surat 61:6?
Sebaliknya dengan nama Isa, Muhammad sigap menggantikan namanya! Walau nama ini tidak pernah dikenal oleh Nasrani manapun 600 tahun sebelum Muhammad, tetapi Muhammad bersikukuh menggantikan nama “Yesus” (nama yang disampai-kan malaikat Tuhan) menjadi ISA, suatu nama-asing yang tak tercarikan apa maknanya, sekalipun oleh Muhammad. Padahal Yesus adalah nama ilahiah yang berarti “Yahweh menyelamat-kan”. Kenapa Muhammad bermain atas nama Isa sementara tidak menyentuh nama Ahmad-nya sendiri? Kembali Muslim kelu dan tidak bertanya apapun tentang perlakuan Muhammad yang kurang pantas terhadap Yesus. Masalahnya adalah: Atas otoritas siapakah maka Muhammad berwenang menggantikan nama ilahiah Yesus yang disampaikan berkali-kali oleh malaikat Gabriel, dan yang disebut sebagai “Nama diatas segala nama” (Filipi 2:9); nama yang sudah dipanggil-panggil oleh jutaan manusia (Kristen maupun non Kristen) 600 tahun sebelumnya, dan yang sudah DIABSAHKAN SEJARAH dalam palang yang tertulis diatas kayu salib:
“Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.”
Banyak orang Yahudi (para saksi) yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani” (Yohanes 19:19-20).
Bukalah nalar lebar-lebar dan bertanyalah secara obyektif dari kacamata surga: nama manakah yang lebih superior, Yesus atau Muhammad atau Ahmad? Sekalipun begitu jelas, namun Muslim tetap beranggapan bahwa perlakuan Muhammad yang mencoreng nama Yesus itu wajar-wajar saja, sementara corengan gambar karikatur yang dikenakan kepada Muhammad dianggap hujatan selangit!
Selanjutnya, Isa juga disebut “Almasih” (Mesias, sosok yang diurapi Allah) sebanyak 11 kali didalam Quran untuk dikhususkan kepada Dia seorang, tidak kepada nabi manapun lainnya! Suatu gelar yang lagi-lagi tidak pernah menggoda hati orang-orang Muslim untuk sesaat menyelidiki kenapa Muhammad kembali “mengosongkan” makna dari gelar yang begitu serius itu, walau diulang-ulangnya sampai 11x dalam Quran tanpa penjelasan?
Tetapi Yesus sendiri telah memperkenalkan diriNya sebagai “Yang Diurapi” ketika Ia membaca dalam rumah ibadat di Nazaret. Ia menjelaskan apa makna sejati dari gelar yang Nabi Yahya dan lain-lain nabi tak akan berani menyandangnya, yaitu
“Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan Kabar Baik … memberitakan pembebasan … (memberi) penglihatan … memberitahukan Tahun Rahmat Tuhan telah datang”! (Lukas 4:18,19).
Jadi Al-Masih yang diurapi Allah adalah sosok yang menjadi “Spiritual King”, yang memberi maklumat Rahmat Pembebasan/ Juru Selamat/Juru Syafaat bagi orang seisi dunia. Betapa mencengangkan yang tidak ditelusuri Muslim ini!
HANYA ISA SATU-SATUNYA YANG DIPERKUAT OLEH ROHULQUDUS (Surat 2:87 dan 253)
Ini hebat, tetapi kurang dipeduli  atau disadari Muslim. Padahal dari sudut pandangan Islam sendiri, Isa tidak cukup dilahirkan dari Roh Allah saja, namun juga selalu “diperkuat lagi” oleh Rohulqudus! Suatu pengertian kerohanian “tingkat tinggi” (surgawi) yang tidak tercernakan, namun kembali tidak diambil banyak pusing oleh Muslim. Kenapa? Sebagian karena tidak tahu apa itu Rohulqudus persisnya, sebagian lainnya karena tidak mau melihat sosok Isa yang terlalu super melebihi Muhammad. Namun apapun sikap dan pemahaman Muslim, Quran jugalah yang menempatkan Isa-Al-Masih sebagai satu-satunya sosok yang mendapatkan penyertaan yang melekat dari Rohulqudus, tidak Muhammad atau lainnya. Ini yang menjadikan “konten-esensi-Isa” berbeda dengan para nabi selainnya, yang menjadikannya paling berkekuasaan di dunia dan alam akhirat.
Sedih tapi benar bahwa Muslim dan para ulamanya telah dibingungkan selamanya (lihat Surat 18:75) tentang siapa sosoknya Rohulqudus yang satu ini. Apa ia “Roh Allah” dalam artian ruh ciptaan yang lain lagi? Atau Jibril yang mewahyu? (padahal Isa sebagai Kalimat Allah tidak membutuhkan agen pewahyuan antara). Apakah ia ruh yang berasal dari hembusan nafas Allah? Atau malah nafasnya Jibril? Atau jangan-jangan ia Roh Allah sendiri (The Spirit of God) yang bersama-sama dengan Kalimat Allah yang masuk kerahim Maryam seperti yang tertulis dalam Quran Surat 4:171?
Sebagian Sarjana Muslim (al. Ibnu Arabi) menafsirkan Roh ini bahwa Allah menyertakan kepada Isa satu Roh yang berkuasa meniupkan kehidupan kepada benda mati. Sehingga hanya Isa saja yang berkuasa untuk memberi hidup. Ini berarti Isa juga memberi kehidupan kepada manusia, itu sebabnya Isa didunia berkuasa menghidupkan orang mati, dan kelak dihari kiamat bersamaan dengan tiupan terompet nafiri dari malaikat akan membangkitkan orang-orang mati untuk diadili (awas bukan terompet yang membangkitkan, melainkan otoritas Isa Al-Masih!).
HANYA ISA YANG DIPERLENGKAPI DENGAN KUASA MUJIZAT KESEMBUHAN YANG DAHSYAT, TERMASUK MENGHIDUPKAN ORANG MATI (Surat 3:49, 5:110), SUATU KUASA YANG HANYA DIPUNYAI ALLAH (Surat 46:33).
Sebutkan, dan tak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan Yesus! Penyakit-penyakit yang ada bukan sembarang penyakit, melainkan antara lain sopak (kusta) yang pada zamannya merupakan penyakit yang paling aib, berbahaya, dan mengerikan, karena sangat menular dan tidak ada obatnya. Penyakit lain seperti kelumpuhan, bisu, tuli, dan bahkan buta secara genetik dari dalam rahim ibunya, hingga kepada sejumlah kematian. Ini diluar jangkauan pengobatan manusia. Dan kematian yang dihidupkan-Nya kembali juga bukan sembarang kematian, melainkan termasuk mayat yang sudah jadi bangkai didalam kuburan!
Sekalipun Quran sepertinya menyebutkan mujizat Isa dengan hormat, namun tidak banyak Muslim sadar bahwa penyebutan dalam pewahyuan itu jauh dari layak. Muhammad kembali disini memperlihatkan ketidak-etis-annya sekaligus ceroboh. Banyak ahli menyesalkan karena Jibril dan Muhammad telah mereduksikan kehebatan mujizat Isa dengan mengosongkan SAMASEKALI llatar belakang kejadiannya. Mereka bukan hanya mengkortingkan ratusan mujizat dan 30-an jenis mujizat Isa menjadi hanya sepuluh (Surat 3:49; 5:110, misalnya tidak termasuk mujizat usir setan, air jadi anggur, berjalan diatas air, menghentikan badai dan gelombang dll), namun juga tidak ada satupun mujizat Isa dijelaskan Muhammad dalam konteks subyek dan obyek, setting kejadian, dan latar belakang faktualnya, khususnya Firman Yesus telah dihilangkan dari pretext-nya.
Firman Allah yang interaktif antara Yesus dengan sipenderita yang menyangkut kelayakan iman untuk mendapatkan mujizat-Nya, serta kata-kata penting Yesus untuk kehidupan baru dari seorang yang disembuhkan itu, justru dikosongkan (dikorup) dari Quran! Padahal itu adalah satu-satunya keterangan yang paling berharga untuk membawa pemahaman mendalam terhadap maksud dan tujuan Yesus dalam bermujizat adikodrati!
Dengan menyensor kejadian detail dan background mujizat, maka Muhammad hanya menyodorkan semacam “list daftar mujizat” yang tidak memberi kesempatan bagi Muslim untuk menyidik apa sebab dan hakekat Isa berkenan melakukan setiap mujizatNya yang menggentarkan itu. Dan apa dampak dan perubahan iman yang terjadi pada diri sang-obyek, dan apa pesan Yesus khusus kepada sang-obyek, sekaligus untuk pembelajaran bagi para saksi mata. Semuanya telah dikosongkan Muhammad, sehingga Muslim dibutakan lebih jauh tentang kesosokan Al-Masih yang sesungguhnya. Mujizat Isa hanya ditempatkan sebagai sebentuk ringkasan maklumat tentang judulnya magic show yang menarik tanpa pesan-pesan ilahi!
Sebagai tambahan dari penyunatan teks atas background dan kejadiannya, Jibril dan Muhammad masih mencoba menyunat kuasa mujizat Isa, seolah-olah itu terjadi hanya karena IZIN ALLAH semata (Surat 5:110). Padahal semua detail kejadiannya (yang disembunyikan Quran) tidak satupun memperlihatkan unsur “izin Allah” yang perlu dimintakan oleh Al-Masih, melainkan Ia sendirilah yang menggulirkan kuasa mujizat dari diriNya sendiri! Lihat betapa Yesus menampik sempalan Quran tentang izin-izinan tsb, dengan hanya berkata: Aku mau, Jadilah!
“Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya (Matius 8:2-3).
HANYA ISA YANG MEMPUNYAI KAPASITAS UNTUK MENCIPTA MAHKLUK HIDUP DARI BENDA MATI (Surat 3:49).
Tidak ada sosok lain yang mungkin memiliki kapasitas ini, sebab seluruh manusia dari segala abad percaya bahwa otoritas begini hanya ada pada Allah. Dan Muhammadpun sama mengakui hal ini sebagai kebenaran-besi (Surat 22:73; 32:9). Tetapi anehnya, Muhammad juga mengakui bahwa Isa berkuasa pula meniupkan nafas yang menghidupkan burung, yang berarti berdaya-cipta. Ini semata berasal dari “Kalimat Allah” yang memiliki Creating Word yang berdaya cipta “JADILAH!” maka terjadilah. Per definisi, siapapun yang mempunyainya, Dia-lah yang disebut Tuhan, sang Pencipta!
Alkitab tidak berkisah tentang burung-burungan yang dihidupkan. Itu tidak mempunyai nilai pelayanan kepada kemanusiaan melainkan lebih merupakan suatu magic show bagi egonya. Tetapi kuasa menghidupkan diatas kodrat kematian telah dinyatakan Yesus dengan membangkitkan orang mati dan diriNya sendiri. Kuasa atas kodrat-alam juga dinyatakan Yesus ketika hendak menyelamatkan murid-muridNya dengan menghardik badai dan gelombang danau yang bergelora sehingga terdiam seketika. Murid-murid terperangah dan bertanya sendiri-sendiri: “Siapakah gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepadaNya?”
Jadi adakah sosok dunia yang lebih superior daripada Al-Masih Putra Maryam? Adakah satu manusia yang berani mengklaim diri mahakuasa? Tetapi Yesus berkata: “Aku adalah Alfa dan Omega, Firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8).
Dan Injil kembali menegaskan apa yang dikaburkan Quran:
“Segala sesuatu dijadikan oleh Dia (sang Firman) dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:3).
HANYA ISA YANG DIAKUI MENGETAHUI HAL-HAL GAIB: APA YANG DIMAKAN MANUSIA DAN APA YANG DISIMPAN DIRUMAH Ini dikatakan lurus oleh Muhammad, tanpa usah penafsiran apapun dalam Surat 3:49b. Muhammad bahkan meneruskan pengetahuan adikodrati Isa itu sampai kepada pengetahuan tentang hari H nya kiamat (Surat 43:61), yang dia sendiri juga tidak mengetahuinya. Hal-hal yang gaib hanya kepunyaan Allah semata, karena “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” (Surat 27:65, juga 5:109, 10:20). Seiring dengan itu, Injil juga menegaskan bahwa itulah kepunyaan Yesus: “… sebab Ia (Yesus) tahu apa yang ada didalam hati manusia” (Yohanes 2:25). Dan Murid-muridNya mengakui dihadapanNya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu…” (Yohanes16:30).
Seperti telah dikatakan diatas, bila anda percaya kepada seorang super-hero seperti Muhammad, namun ketika super hero ini malahan memujikan seseorang lain yang lebih hebat daripada-nya—yaitu yang bernama Isa Almasih—maka Anda harus berani mengambil sikap, bukan masa bodoh. Murid-murid Nabi Yahya juga mengambil sikap tatkala Yahya mengakui bahwa dia bukan Mesias dan sekalian bersaksi: “Dia yang datang kemudian daripadaku, Membuka tali kasutnyapun aku tidak layak”… Maka berturut-turut murid Yahya meninggalkan dirinya (yang notabene Nabi besar!) dan menjadi pengikut Yesus (Yohanes 1:35 ff).
Kini Muhammad berbuat hal yang sama. Ia berkata:
“Aku (Muhammad) tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib …” (Surat 6:50a, juga 7:188).
Muhammad berkata benar, sama seperti Yahya yang mengakui dirinya kalah superior terhadap Isa Al-Masih, maka kini apa yang harus Anda lakukan? Berbuat hal yang sama seperti pengikut-pengikut Yahya? Anda harus mengambil sikap!
Mungkin Anda akan bertanya sendiri: Kenapa Muhammad mengakui superioritas Yesus atas dirinya? Karena rendah hati? Lebih tepatnya: karena terpaksa harus merendah jikalau berhadapan dengan Yesus! KebesaranNya difaktakan dalam Alkitab dan direferensikan oleh Quran sebagai wahyu, implisit maupun explicit! Tetapi pengikut-pengikut Muhammad dikemudian hari mencoba menyodorkan aHadis Nabi yang dikisahkan dari rantaian mulut kemulut, sehingga kisah pengakuan inferioritas Muhammadpun menjadi terkabur, malah berubah menjadi “keunggulan” bagi Muhammad diatas Yesus! Muhammad yang dalam Al-Quran mengakui dirinya tidak berkuasa mujizat (Surat 17:59, 10:20, 29:50 dll), tiba-tiba muncul di Hadis dengan kisah kisah Muhammad yang penuh dengan mujizat-mujizat yang menirukan mujizat Yesus.
Karena begitu banyaknya plintiran Islamik, maka semuanya perlu dikritisi secara cermat dan wajar. Tak ada orang yang mau didustai. Akhirnya kita akan menyadari juga bahwa Muhammad lahir dan mati persis seperti Anda dan saya. Sejarahnya saja yang membuat setiap orang berbeda dengan selainnya, namun ia tetap manusia terbatas, berdosa, tanpa mujizat, tanpa nubuat atau perangkat adikodrati-ilahi manapun! Taqiyya (dusta-halal agama), slogan dan retorika yang banyak diteriakkan berulang-ulang oleh dunia lama-lama memang bisa membuat sesuatu yang aspal (asli tapi palsu) diterima sebagai “kebenaran-rasional”! Awasilah.
HANYA ISA YANG MAMPU MENURUNKAN MAKANAN/ HIDANGAN DARI LANGIT (Surat 5:114)
Ini bukan hidangan biasa melainkan hidangan Firdaus tak ada dua… Padahal Quran berkata hanya dari Allah-sajalah semua makanan dan minuman itu diperoleh manusia (Surat 26:79). Bandingkan dengan Yesus yang memberi makan 5000 orang (dalam Injil) dan Musa yang melaluinya Allah menurunkan roti manna dari sorga (dalam Taurat). Semestinya Muhammad kebagian mujizat untuk sedikitnya dapat mensejajarkan dirinya dalam poros kenabian besar. Tetapi makanan langit ini bukan sekedar makanan bagi yang lapar perutnya, melainkan symbol tentang pemeliharaan Tuhan yang MEMBERI HIDUP. Maka Ilah-ilah yang tidak memberi hidup harus dibedakan dengan cara yang paling dimengerti oleh anak-anak manusia, yaitu tidak memberi “makanan langit”. Dan Ilah-ilah memang tidak memiliki makanan dari Sang Hidup.
Maka Muslim perlu menyidik dan bertanya kritis, kenapa selama 40 tahun Musa memimpin bangsanya dipadang belantara namun tidak usah melakukan perang demi menjarah harta musuh agar bisa bertahan hidup? Sementara Muhammad sejak hijrah ke Medina tidak bisa bertahan, kecuali harus mencari akal dan dalil-dalil agama untuk menyerang dan berperang demi dapat merampok dan menjarah caravan kafilah dan harta para Quraysi dan Yahudi bagi survival para pengikutnya. Jangan cepat-cepat menuduh ini “fitnah orientalis”. Saya bukan orientalis dan bukan mengarang sejarah, tetapi petobat yang menunjuk dan melaporkan sejarah peperangan Muhammad dari sumber-sumber Islam sendiri. [NB.Lihat Hadis-hadis shahih, Sirat, dll termasuk Sejarah Hidup Muhammad oleh Imam Muhammad bin Abd Al-Wahab. Tampak betapa Muhammad berdalih terhadap kecaman masyarakat luas yang menggemparkan atas perang yang dilancarkannya secara dadakan-licik pada bulan suci (yang tradisinya mengharamkan perang). Ia yang tidak taat akan bulan-bulan haram (bulan suci tanpa perang) justru mendalilkan Allah sebagai sumber pencetus perang! (lihat Surat 2:217)].
HANYA ISA YANG DIBERI GELAR KEBESARAN YANG SUPERLATIF, YAITU SOSOK YANG TERKEMUKA BAIK DIDUNIA MAUPUN DI AlAM AKHIRAT (Surat 3:45)
Banyak penulis Islam enggan mengupas ayat ini secara semestinya, lalu memperlakukan kekuasaan Isa di sini hanya simbolis saja. Tampaknya ayatnya beresiko dan sensitive karena berpotensi mengancam posisi Muhammad. Tetapi inilah penunjukkan Allah yang secara partikular dikenakan hanya kepada Isa Al-Masih, bukan kepada para muqarrabin secara general. Yaitu sebuah gelar Rajawi dengan kekuasaan rohani yang paling besar, mengatasi ruang dan waktu.
Mengatasi ruang, karena paling terkemuka baik di bumi, di Firdaus, di Sorga atau di alam akhirat semua.
Dan mengatasi waktu, karena paling terkemuka sekarang dibumi ini maupun kelak diakhirat. Jadi penafsiran yang benar seharusnya mencakupkan kekuasaan Isa itu sebagai kekuasaan kosmik domain semesta, termasuk seluruh waktu yang ada, persis seperti yang disebutkan dalam Injil,
“Kepada-Ku (Yesus) telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”, dan “ Aku adalah Alfa dan Omega, Firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Matius 28:18, Wahyu 1:8).
Itu sebabnya seluruh manusia harus berurusan dengan Isa, saat dulu, kini dan nanti, sebab Ia sedang ada diantara kita, dan kelak akan datang kembali ke dunia untuk penghakiman akhir.
ISA SATU-SATUNYA DINYATAKAN SEBAGAI PEMBUAT HUKUM (LEGISLATIF), BUKAN PELAKSANA HUKUM-HUKUM YANG TELAH DITETAPKAN. DIA MENGUBAH HUKUM-HUKUM TAURAT DENGAN CARA MENGHALALKAN DARI APA-APA YANG DIHARAMKAN UNTUK MANUSIA (Surat 3:50)
Ini ayat dahsyat! Ini betul-betul disebutkan oleh Quran secara lurus dan bukan oleh tafsiran dan plintiran-plintiran lidah dari kaum penyesat. Siapa yang sanggup mengubah hukum Tuhan? Nabi mana yang berani mengklaim “porsi-nya Allah” yang paling vital? Apa Muhammad main-main dan tidak bertanggung jawab atas apa yang dilontarkannya yang langsung bersinggungan dengan mandat dan hukum Allah? Bila Muhammad serius atas ayat ini, maka seluruh Muslim harus berani mengakui bahwa sekali Isa turut menetapkan hukum-nya Tuhan, maka hukum dan Kabar-Baik Injil-Nya pasti ditetapkannya TERJAGA, alias mustahil InjilNya hilang terpalsu! Itu sebabnya Yesus bersabda sesuatu yang paling mengguncang kalbu:
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu (Lukas 21:33).
Muhammad hanya mentok menyatakan dirinya sebagai pemberi peringatan (tentang hukum-hukum Tuhan). Tetapi Isa yang adalah Kalimat Allah adalah pula penetap hukum, sehingga kelak dihari kiamat Ia pula yang ditetapkan sebagai Hakim Yang Adil. Itu sebabnya pada bagian akhir dari ayat ini Muhammad harus menyaksikan bahwa Isa menyerukan dua perintah hukum, bukan satu, yaitu “bertakwalah kepada Allah”, DAN “taatlah kepadaku” (Isa).
ISA MAMPU MENTRANFORMASI/MENGUBAH HATI PENGIKUT-PENGIKUTNYA MENJADI MANUSIA BARU (Surat 3:55, 5:82).
Oleh ajaran firman dan kuasa Isa Almasih, para pengikut Isa Al-Masih dimampukan untuk merubah ahlak kafir menjadi:
1.  Orang-orang yang diatas orang-orang kafir hingga kiamat.
2.  Orang-orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman.
3.  Orang-orang yang tidak sombong, rasa santun dan kasih sayang.
Ujud kasih mampu ditanamkan Isa ke dalam hati pengikut-pengikutNya sehingga berdaya, betul-betul berdaya mengubah akhlak dan perilaku hidup mereka ditengah hingar-bingar korupsi, nafsu kuasa, kesombongan, dusta, fitnah, kekerasan dan kebencian manusia terhadap sesamanya.
ISA SENDIRI (BERSAMA IBUNYA) ADALAH TANDA (AYAT) YANG BESAR BAGI SEMESTA ALAM (Surat 19:21, 21:91, 23:50)
Muhammad berasal dari tanah dan kembali ketanah. Juga ibunya dan bapanya. Tetapi Isa lahir tanpa pembuahan benih manusia dan tanpa saripati debu dan tanah.  Ia adalah inkarnasi Rohullah dan Kalimatullah, sebuah tanda semesta yang namun dihampa-kan Muslim dalam kehidupan berimannya. Isa-lah, yang sebegitu lahir tidak menangis karena luput dari sentuhan setan. Bukan karena setan lengah menyentuhnya, melainkan takut. Berlainan dengan Muhammad yang hanya mampu minta perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan bisikannya yang tersembunyi (Surat 113, 114), Yesus justru menengking setan yang coba-coba mempengaruhi diriNya atau menguasai pengikut-Nya. Tak satupun manusia ditakuti setan, kecuali Yesus itulah. Ia bersabda: “Enyahlah engkau, hai Iblis”. Dan terjadilah itu. Bahkan para pengikutNya juga “mewarisi” kuasaNya untuk mengusir setan dan iblis. Karena Dialah Ayatollah sejati yang ditakuti setan.
Sekarang mari kita mengajak teman Muslim untuk bertanya amat kritis, “Kenapa Jibril dan Muhammad dalam Quran dan Hadis tidak pernah menceritakan kasus pertarungan Yesus dengan setan, roh jahat, dan iblis, padahal Muhammadpun sering berurusan dan was-was dengan setan dan jin?” Kasusnya banyak dan terbuka disaksikan oleh penduduk lokal. Mustahil Jibril atau Muhammad tidak tahu akan hal ini, dan tidak sadar bahwa peperangan terbesar dari seorang Nabi Tuhan adalah melawan roh setan dan iblis dalam segala manifestasinya.  Jikalau setan sempat ditakuti Muhammad itu (sehingga minta perlindungan Allah atau mewaspadai ayat-ayat setan agar jangan tersisip kembali dalam Quran), maka tidakkah Muhammad dan Jibril berkepentingan memberitakan apa yang dihasilkan Isa ketika berhadapan dengan setan? Paling tidak Jibril & Muhammad dengan mudah dapat menambahkan satu mujizat tambahan kedalam daftar-mujizat-mujizat Isa (dalam Surat 3:49, 5:110) karena kasusnya tergolong mutawatir (tersaksi luas dan absah).
Quran kini menjadi cacat tanpa mencakupkan kisah setan-setan yang terusir dari hadirat Isa-Almasih! Ada sesuatu yang tidak beres disini. Tampaknya ada semacam allergi/ kekhawatiran ruh Jibril untuk menceritakan ruh-ruh lain yang dikalahkan Yesus. Ini bukan pendapat penulis, melainkan pengungkapan Yesus sendiri kepada kita, bahwa Beelzebul (penghulu setan) tidak akan melawan dirinya atau memecahkan kerajaannya sendiri:
“Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimana kerajaannya dapat bertahan? “ (Lukas 11:18).
Jadi sangat penting bagi setiap umat manusia untuk menyelidiki secara cermat bagaimana suatu ruh meresponi ruh lainya. Sebab mereka sangat licin menyamar dan menggelapkan. Tuhan mengingatkan kita berkali-kali untuk tidak gagal menguji roh yang belum teruji. Dan sejak kapan Muhammad dan Muslim sudah menguji jibril? Bukankah semula (digua Hira) Muhammad-pun merasa bahwa ia didatangi oleh ruh jahat yang menteror dengan mencekik dirinya (sebelum dikalem-kan oleh Khadijah)? Datang menteror tanpa memperkenalkan diri, dan pergi tanpa pamit, itukah kultur dari malaikat Tuhan yang sangat arif lagi mengetahui? Dan ketika Anda merasa kurang yakin dengan ruh ini dan ingin mengujinya, ia sudah terlebih dulu mencegat Anda dengan kata-kata yang didesign untuk menciutkan bahkan menghentikan niat Anda: “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Surat 17:85). Tetapi Injil berkata sebaliknya untuk mendorong keterbukaan:
“Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Tuhan; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” (Yohanes 4:1).
“Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran (2 Korintus 11:13-15).
KEPULANGAN ISA DARI DUNIA ADALAH DIANGKAT OLEH ALLAH SENDIRI KEPADANYA (Surat 3:55 dan 4:158).
Kenapa Allah sendiri mengangkat diri Isa kepadaNya? Ya, karena Isa lahir dari Roh Allah dan KalimatNya, dan bukan dari saripati debu tanah yang akan kembali ke tanah. Roh Allah “kembali” (baca: melekat) kepada Allah. Ini secara sempurna melengkapi keberadaan Isa dalam kerohanian yang ilahiah: (1) DILAHIRKAN sebagai penjelmaan “Kalimat dari Allah”; (2) HIDUP dengan selalu diperkuat oleh Rohulqudus; dan (3) BERPULANG diangkat Allah sendiri kesisiNya (Surat 4:158, 3:55).
Jadi tampak jelas bahwa seluruh aspek kelahiran hingga kepulangan Isa tidaklah tunduk pada kodrat alam. Dan sekarang inipun Ia hidup dan berada disurga bersama Tuhan Elohim. Sedangkan Muhammad seperti nabi-nabi lainnya dalam Quran, tinggal dialam barzakh menunggu penghakiman Allah.
HANYA ISA YANG DIJADIKAN ALLAH SEBAGAI TANDA DAN SAKSI BAGI HARI KIAMAT. ILMU TENTANG KIAMAT HANYA ADA PADA SISI ALLAH (Surat 4:159, 33:63, 31:34). TETAPI HANYA KEPADA ISA DIBERIKAN PENGETAHUAN TENTANG HARI KIAMAT (Surat 43:61)
Hari Kebangkitan, hari Penghakiman, tidak terelakkan. Orang-orang Muslim amat takut menghadapi penghakiman ini karena tak ada kepastian Syafaat yang membela mereka. Namun ada banyak orang-orang bodoh yang hidup dengan masa bodoh, tidak mau melihat tanda-tandanya yang berpusat pada Isa Al-Masih. Padahal Ia-lah yang akan datang sebagai Hakim Agung. Maka tidakkah Muslim akan heran, kenapa Al-Masih yang akan datang kembali bersama para malaikatNya , dan tidak nabi lainnya? Ya, sebab Ia akan menghancurkan yang anti-Al-Masih dan akan memisahkan “domba” dengan “kambing” (Matius 25:31-46). Inilah mandat Rajawi yang diberikan Allah kepada Isa Almasih untuk menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil dihari Penghakiman. Ia menjadi Juru Selamat, Syafaat bagi setiap yang beriman kepadaNya, tetapi mengadakan pembalasan terhadap semua orang yang mengingkari InjilNya (2 Tesalonika 1:7-9).
…..
Teman-teman Muslim,
Maaf atas sejumlah kata-kata kami yang tidak Anda berkenan atasnya. Itulah yang selalu terjadi ketika orang tidak berkata-kata dalam jalur yang menjadikan Quran, Muhammad dan Islam itu superlative. Namun seluruh berita di atas adalah sebagian wahyu Allah SWT sendiri yang menunjukkan ke-supremasi-an jatidiri Isa Almasih. Ia dirujukkan tidak semata-mata sebagai sosok nabi-manusia, melainkan juga sosoknya ROH ALLAH & FIRMAN DARI PADANYA! Injil menerangkan lebih jauh bahwa “Pada mulanya adlah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah … Firman itu telah menjadi manusia” (Yohanes 1:1, 14).
Nabi Muhammad sendiri diperintahkan Allah untuk tidak ragu-ragu mencari Firman kebenaran Allah yang pasti kepada para Ahli-kitab:
“MAKA JIKA KAMU (MUHAMMAD) BERADA DALAM KERAGUAN-RAGUAN TENTANG APA YANG KAMI TURUNKAN KEPADAMU, MAKA TANYAKANLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMBACA KITAB SEBELUM KAMU. SESUNGGUHNYA TELAH DATANG KEBENARAN KEPADAMU DARI TUHANMUA, SEBAB ITU JANGANLAH SEKALI-KALI KAMU TERMASUK ORANG-ORANG YANG RAGU-RAGU (Surat 10:94).
AYAT ini sungguh telah dan terus mendatangkan keresahan kepada banyak orang-orang Muslim dan para Ulama terpelajar sejak dahulu. Ditambah kini dengan ayat-ayat pengakuan dari Muhammad bahwa Al-Masih Putra Maryam benar lebih superior daripada dirinya, semuanya ini cukup untuk menggugah hati dan pikiran Muslim bahwa Al-Quran itu bukanlah sebuah finalitas. Pepatah Tiongkok mengatakan “Diatas Thai San ada Thai San” (diatas gunung tinggi ada gunung yang lebih tinggi lagi”) berlaku disini. Didunia ini masih ada Thai San lain. Selain Quran dan Muhammad, masih ada Alkitab, dan masih ada Yesus yang selalu berkata benar (zakiy dan al-Haaq). Selama ini banyak mitos dan retorika yang terus ditiupkan oleh orang-orang yang mau mengecil-ngecilkan hakekat dan peran Yesus, tetapi segera tampak bahwa tiupan yang bersifat taqiyya itu distorted dan unfinished. Yang kabur, bengkok dan patah-patah tak bisa direkonsiliasikan dengan kebenaran yang lurus dan tuntas, kecuali diplintir-plintirkan.  Tak ada pilihan baik, Muhammad harus dan telah mengakui Isa dan menggandengnya dalam Quran, juga dalam Hadis. Dengan penuh rasa hormat (atau penyesalan?) beliau harus mengklaim dirinya sebagai nabi yang “paling dekat dengan Isa Putera Maryam di dunia dan akhirat” (HS.Bukhari1501).
Kini saatnya Anda perlu bersikap, dan sikap ini akan menentukan seluruh kehidupan Anda kedepan, selamanya!