Minggu, 10 Oktober 2010

Diselamatkan dari maut

Jam di dalam bus menunjukan 10.40PM, akhirnya saya sampai di Terminal Bis "Sentral" Malacca.
Setelah berputar putar mencari Taksi akhirnya seseorang didekat Taxy Counter menyapa dan menanyakan apakah saya memerlukan taksi.

Setelah tawar menawar dengan logat Melayu daerah Malacca, akhirnya saya dapatkan tarif lumayan, RM15.00 seorang supir taksi suku India/Tamil mengantar saya di perjalanan menuju ke Pangsapuri Cheng Ho, sebuah apartemen untuk saya sementara menginap atas pertolongan rekan kerja (orang Jepang).

Didalam Taksi, si supir mulai bertanya dalam bahasa melayu, "Tadi encik naik bus ekspress?", saya menjawab "iya", lalu dia bertanya lagi "Apakah terjadi accident tadi ?",  saya menjawab "Tidak, apakah ada kemalangan berlaku tadi ?", supirnya menjawab " Wah, nasib baik encik tak naik bus express yang itu", lalu penasaran saya bertanya "Bus yang mana?", dia menjawab "Bus Express-DELIMA", saya kaget setengah mati "Pukul berapa kejadiannya?", dia menjawab mungkin pukul 08.00 malam pasal dia punya news kita baru tengok di TV ada 27 perkiraan yang meninggal", saya katakan pada dia memang ada 3 atau 4 bus yang berangkat pukul 08 malam dari Johor ke Malacca dan Bus DELIMA itu memang bus yang saya nak naik,dulu saya pernah naik bus nya agak besar, tapi entah macam mana saya beli tiket di konter sebelahnya, sekali tengok tiket ternyata KKKL bukan Delima, konter Delima letaknya hanya di sebelah konter KKKL saja", si supir menjawab "Encik punya nasib memang bagus, saya tengok di TV wah ngeri sekali, passenger ada terlempar keluar, putus badan, tangan, Itu Bus crash dengan bus lain lagi dan juga ada 1 van terlibat", saya refleks bilang "Haleluya, terima kasih Tuhan", lalu saya katakan pada si supir, "Bukan saya yang beruntung tapi Tuhan saya sudah tolong saya, saya pun tak tahu kenapa saya boleh silap membeli tiket dan tak berniat untuk tukar tiket lagi, sebelum berangkat memang saya ada berdoa supaya Tuhan tolong saya dalam perjalanan dan Istri saya dan kawan-kawan saya juga selalu berdoa bagi saya".
Akhirnya tak terasa saya sampai di apartemen dan membayar ongkos taksi saya, sang supir lalu memberi kartu nama untuk jasa pelayanan Taksi nya kepada saya.

Di sepanjang perjalan menuju ke apartemen saya tak hentinya mengucap syukur untuk kebaikan Tuhan yang telah menyelamatkan saya dari kecelakaan bus, saya coba membayangkan seandainya saya dibiarkan memilih bus Delima dan menjadi salah satu dari 27 korban yang meninggal secara tragis, istri dan anak2 saya akan menangisi mayat saya dengan duka yang begitu dalam, orang tua saya mungkin tidak kuat menerima kenyataan ini di usia mereka yang sudah lanjut. Oh Tuhan Yesus, Engkau sungguh ajaib.

Dari awal keberangkatan saya miss kapal pukul 03.30 sore dan saat mendapat kapal 4.15 sore tapi USB Modem "celcom" saya ketinggalan, istri akhirnya ngebut dan dalam waktu 7 menit, pukul 4.10 saya dapatkan USB Modem saya kembali, tapi antrian begitu panjang (mungkin karena hari Minggu dan banyak turis-turis singapure/malaysia pulang ke negara mereka masing-masing) dan membuat saya terpaksa menggunakan jalur khusus "Executive Lounge" untuk Immigration Clearance saya, akhirnya saya bisa boarding tepat pukul 4.15,
ternyata uang Rp35 ribu saya sia-sia (tidak bisa menikmati snack dan kopi gratis, hanya demi satu chop imigrasi saja), karena toh kapal didelay berangkat nya hingga pukul 04.35 sore.

Saya berpikir kembali perjalanan saya memang terasa berat kali ini, biasanya saya tidak punya perasaan sedih atau berat untuk berangkat karena saya sudah sering berangkat untuk beberapa hari dan meninggalkan keluarga tapi hari ini terasa agak lain, dan saya selalu bilang 'mama temanin papa ya..' beberapa hari sebelum bernagkat dan juga pada hari saat mau berangkat, walaupun denga nada yang tidak memaksa.

Dan sekilas saya berpikir jika Tuhan tidak ikut campur dalam membetulkan keputusan yang saya ambil, maka tamatlah saya tadi. Semakin saya menyadari betapa rentan dan rapuhnya hidup ini, jika saja kita berjalan tanpa campur tangan Tuhan. Maut dengan mudahnya datang menjemput kita, dengan cara apapun, walaupun dengan sebagus apapun rencana/ planning kita.

Saya bayangkan mungkin saja supir DELIMA itu tidak salah, bisa saja kejadiannya bahwa mobil dari arah berlawanan yang tiba-tiba kehilangan kendali dan menyerempet ke jalur yang berlawanan yang kebetulan tepat didepan bus DELIMA tersebut,  who knows? Dalam hal ini siapa yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan tersebut?


Terima kasih Tuhan Yesus,
selamanya Engkau Allah ku, gunung batuku, tempat perlindunganku.


Ampuni aku jika terkadang aku masih meragukan Engkau.
Batam to Malacca, 10-10-10